YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 18 September 2018

SISTER


Ada banyak hal yang dapat menjadi sumber kekuatan manusia, keluarga, pertemanan, persahabatan, kekasih hati, bahkan musuh dalam hidup kita. Termasuk anak-anak yang selama ini menjadi kekuatan dalam hidup aku dan Satya. Ya, harusnya mereka memang tetap dapat menjadi salah satu kekuatan pernikahan kami. Tapi kenyataannya? Kami nggak mempedulikan itu semua. Ego kami lebih banyak berbicara. Cinta kami seakan mulai memudar tanpa tahu bahwa masih ada sisi lain yang dapat terselamatkan.

           Satya duduk berteman malam di teras rumah, matanya menatap awan yang semakin temaram. Sejak aku keluar dari rumah sakit, untuk sementara waktu Satya kembali ke rumah menjagaku sampai aku sehat. Anak-anak begitu merindukan ayahnya dan itu lumayan menyembuhkan sedikit sakitku. Bahagia melihat mereka tertawa bersama Satya dengan segala guyonan dan keseruan saat bermain, sesekali mereka bercerita tentang kejadian atau apapun yang telah mereka lakukan di sekolah. Aku bahkan tak tahu sampai kapan mereka akan merasakan hal itu, merasakan memiliki ayah seutuhnya.

“Ayah belum tidur?”
“Eh, Bulan… Bulan kok belum bobo? Ini kan sudah malam, besok Bulan sekolah loh?”
“Bulan mau tidur sama Ayah, Ayah kan kerjanya jauh udah jarang temenin Bulan bobo lagi, Bulan kangen sama Ayah.”
“Ayah juga kangen banyaaak sama Bulan.”
“Banyak banget? Sedunia? Se-Indonesia?”
“Hahaha… Iya dong, sejagad raya.”
“Sejagad raya itu apa?”
“Sejagad raya itu sampai luar angkasa dan semua semesta alam.”
“Waaahhh kereeenn…”
“Kok keren?”
“Iya keren, kangennya Ayah sampai semesta alam, berarti Ibu kalah.”
“Oya? Masa sih? Ibu kan biasanya hebat nggak pernah kalah.”
“Iya, waktu Ibu sedih katanya Ibu lagi kangen, kangen sama anak-anaknya, sama Bulan, sama Mas Bintang, sama Mas Awan, sama Kakak Langit.”
“Ibu sedih? Kapan?”
“Waktu Ayah pergi. Terus Bulan tanya, kalo Ibu kangen sebesar apa kangennya? Ibu bilang, seluas samudera hahaha… Mungkin Ibu belum bilang kalo kangen sama Ayah juga, makanya baru seluas samudera belum sampai semesta alam.”
“Huu kamu bisa aja. Ya udah kita bobo yuk, Ayah ngantuk.”

Bulan mengangguk tersenyum, Satya langsung menggendongnya masuk ke dalam. Bulan adalah keceriaan di keluarga kami, bocah perempuan yang ceriwis dan cerdas. Tingkahnya seringkali membuat kami tertawa. Ia gadis kecil yang sangat penyayang, walau berbeda usia agak jauh dari Bintang dan Awan kakaknya, tapi ia selalu kritis dan pemberani. Malam ini Bulan menjadi obat perindu terbesar di hati Satya, bersamanya hanya ada kehangatan penuh kasih sayang. Mungkin aku dan Satya harus belajar banyak dari sosok cilik bernama Bulan.    



*bersambung*


#30DWC
#30DWCJilid14
#Squad4
#Day28

Tidak ada komentar: