Aku meratapi makam ayah dalam kesendirian,
tanahnya belum juga mengering, taburan bunga-bunga dua hari lalu masih agak
segar. Melihat nama orang tercinta di sebuah nisan rasanya seperti mimpi. Kini
tak ada lagi sosok ayah yang sangat perhatian pada keluarganya. Laki-laki yang
berwaktu-waktu mengasuh rasa dan mendengarkan jiwa anak istrinya berkata-kata.
Ayah yang selalu pandai merangkum semua masalah menjadi keteduhan.
“Kak Diandra.”
“Diara. Kamu sama siapa?”
“Sendiri. Kakak sama siapa?”
“Iya sendiri juga.”
Diara
langsung berdoa di depan makam ayah, tangisannya tiba-tiba saja tak terbendung.
Aku menghampiri dan memeluknya. Aku pikir orang yang paling terpukul akan
kehilangan ayah adalah aku, ternyata bukan. Diara yang selama ini aku kenal
sebagai anak yang paling tegar akhirnya runtuh juga. Tangisannya membawa seribu
luka yang ia sembunyikan dari ayah. Ia tak sedang baik-baik saja.
“Terlalu banyak kesalahan yang aku
simpan dari ayah, padahal ayah berharap banyak padaku.”
“Diara, kamu selalu sempurna di mata
ayah. Bersyukurlah bahwa ayah tak harus tahu semua beban kita anak-anaknya.”
“Sesempurna apa, Kak? Pendidikan yang
bagus? Pekerjaan yang hebat? Padahal sempurna di mata ayah adalah aku dan Yuka
bisa memberinya cucu!”
“Diara. Pernikahan tak selalu berkisah
tentang memiliki anak. Itu takdir.”
“Ya, mungkin itu takdir. Mungkin sudah takdir
aku memiliki suami yang sama sekali tak ingin mempunyai keturunan.”
“Maksud kamu apa?”
“Apa kakak pikir 10 tahun aku dan Yuka
menikah dan belum punya anak itu karena kami nggak mampu? Kami nggak mandul,
Kak. Bahkan niat aku untuk berusaha dengan jalan bayi tabung pun nggak
digubrisnya. Egonya jauh lebih besar dibanding keinginannya memiliki anak.”
Aku
tertegun mendengar semua perkataan Diara. Baru kali ini ia begitu jujurnya
bercerita tentang isi hati terdalam. Aku dapat merasakan kekecewaan yang ia
alami selama usia pernikahannya. Harapan tentang seorang bayi mungil hilang dan
terbang bersama keras hati sang suami. Pantaskah aku merangkai amarah pada
Yuka? Atau membiarkan semua menjadi urusan mereka yang selamanya akan jadi
redup?
*bersambung*
#30DWC
#30DWCJilid14
#Squad4
#Day22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar