YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 12 September 2018

SISTER



           Aku meratapi makam ayah dalam kesendirian, tanahnya belum juga mengering, taburan bunga-bunga dua hari lalu masih agak segar. Melihat nama orang tercinta di sebuah nisan rasanya seperti mimpi. Kini tak ada lagi sosok ayah yang sangat perhatian pada keluarganya. Laki-laki yang berwaktu-waktu mengasuh rasa dan mendengarkan jiwa anak istrinya berkata-kata. Ayah yang selalu pandai merangkum semua masalah menjadi keteduhan.

“Kak Diandra.”
“Diara. Kamu sama siapa?”
“Sendiri. Kakak sama siapa?”
“Iya sendiri juga.”

           Diara langsung berdoa di depan makam ayah, tangisannya tiba-tiba saja tak terbendung. Aku menghampiri dan memeluknya. Aku pikir orang yang paling terpukul akan kehilangan ayah adalah aku, ternyata bukan. Diara yang selama ini aku kenal sebagai anak yang paling tegar akhirnya runtuh juga. Tangisannya membawa seribu luka yang ia sembunyikan dari ayah. Ia tak sedang baik-baik saja.

“Terlalu banyak kesalahan yang aku simpan dari ayah, padahal ayah berharap banyak padaku.”
“Diara, kamu selalu sempurna di mata ayah. Bersyukurlah bahwa ayah tak harus tahu semua beban kita anak-anaknya.”
“Sesempurna apa, Kak? Pendidikan yang bagus? Pekerjaan yang hebat? Padahal sempurna di mata ayah adalah aku dan Yuka bisa memberinya cucu!”
“Diara. Pernikahan tak selalu berkisah tentang memiliki anak. Itu takdir.”
“Ya, mungkin itu takdir. Mungkin sudah takdir aku memiliki suami yang sama sekali tak ingin mempunyai keturunan.”
“Maksud kamu apa?”
“Apa kakak pikir 10 tahun aku dan Yuka menikah dan belum punya anak itu karena kami nggak mampu? Kami nggak mandul, Kak. Bahkan niat aku untuk berusaha dengan jalan bayi tabung pun nggak digubrisnya. Egonya jauh lebih besar dibanding keinginannya memiliki anak.”

          Aku tertegun mendengar semua perkataan Diara. Baru kali ini ia begitu jujurnya bercerita tentang isi hati terdalam. Aku dapat merasakan kekecewaan yang ia alami selama usia pernikahannya. Harapan tentang seorang bayi mungil hilang dan terbang bersama keras hati sang suami. Pantaskah aku merangkai amarah pada Yuka? Atau membiarkan semua menjadi urusan mereka yang selamanya akan jadi redup?


*bersambung*

#30DWC
#30DWCJilid14
#Squad4
#Day22

Tidak ada komentar: