Setelah kejadian aku pingsan di makam
ayah 3 hari yang lalu, sepertinya aku harus kembali rajin cek up kesehatan. Sejak ayah sakit aku lebih sibuk mengurusnya dan
mengesampingkan urusanku. Hari ini pagi-pagi sekali aku sudah bersiap menuju
rumah sakit. Alasanku pada ibu karena banyak pekerjaan kantor jadi aku berangkat
pagi. Sungguh aku tak bermaksud berbohong pada ibu tapi kayaknya aku juga tidak
mungkin jujur tentang semua ini. Ya walaupun cepat atau lambat pasti akan
ketahuan juga. Jam 8 pagi aku sudah tiba di rumah sakit. Entah kenapa aku mulai
tak enak badan, rasanya aku tadi sudah sarapan, tapi kepalaku terasa pusing.
Aku mencoba berdiri untuk memastikan bahwa tubuhku masih kuat. Tapi...
“Pak, coba tolong cek di telepon
genggamnya mungkin ada keluarga yang bisa dihubungi, ibu ini biar ditangani di
UGD dulu.”
“Iya suster, sebentar saya cek dulu.”
Alex tampak mengutak-atik telepon
genggamku, mencari nomor telepon rumah atau siapapun dari keluargaku.
“Halo, Satya ya? Bisa tolong segera ke
rumah sakit? Diandra pingsan di rumah sakit.”
“Diandra?! Iya baik.”
Aku sudah mulai siuman dari pingsan.
Agak heran kenapa bisa ada Alex di sini.
“Kok kamu ada di sini? Ngapain?”
“Syukurlah kamu udah bangun. Masih
pusing ya?”
Alex memegang erat tangan kananku sambil
tersenyum. Aku masih sedikit pusing dan Alex masih belum juga memberi penjelasan tentang kehadirannya di rumah sakit ini. Ia hanya sibuk memperhatikan kondisi dan keperluanku.
"Lex, tolong jangan kasih tahu Ibu dan Diara ya, aku cuma capek aja nggak enak badan."
"Capek? Nggak enak badan? Itu terus alasan kamu dari terakhir kali kamu pingsan, pokoknya aku mau dokter periksa kamu seluruhnya, nggak boleh ada yang lewat satu pun."
"Iya, iya, aku pasrah deh, tapi tolong jangan bilang Ibu dan Diara aku di sini ya?"
Alex cuma mengangguk lalu memintaku untuk kembali beristirahat. Tangannya masih menggenggam erat tanganku. Sekitar satu jam kemudian Satya datang menghampiriku di ruang UGD. Satya sudah berada di dalam ruangan ketika tangan Alex masih menggenggamku. Ia baru menyadari kehadiran Satya ketika mendengar Satya mengucap salam dengan suara agak pelan. Alex terlihat agak terkejut dan segera melepaskan tangannya dariku.
"Satya, ya? Gue Alex, kebetulan tadi gue lagi di rumah sakit waktu gue lihat Diandra pingsan."
"Iya nggak papa. Makasi banyak ya. Diagnosa dari dokter apa ya? Apa masih observasi?"
"Iya masih tahap observasi. Gue keluar dulu ya, biar lu bisa di sini jagain sambil tunggu dokternya."
"Sip. Makasi Lex."
Aku tak benar-benar tidur, samar-samar kudengar suara Satya di sampingku. Tangannya menggantikan posisi tangan Alex yang tadi menggenggamku.
"Lex, tolong jangan kasih tahu Ibu dan Diara ya, aku cuma capek aja nggak enak badan."
"Capek? Nggak enak badan? Itu terus alasan kamu dari terakhir kali kamu pingsan, pokoknya aku mau dokter periksa kamu seluruhnya, nggak boleh ada yang lewat satu pun."
"Iya, iya, aku pasrah deh, tapi tolong jangan bilang Ibu dan Diara aku di sini ya?"
Alex cuma mengangguk lalu memintaku untuk kembali beristirahat. Tangannya masih menggenggam erat tanganku. Sekitar satu jam kemudian Satya datang menghampiriku di ruang UGD. Satya sudah berada di dalam ruangan ketika tangan Alex masih menggenggamku. Ia baru menyadari kehadiran Satya ketika mendengar Satya mengucap salam dengan suara agak pelan. Alex terlihat agak terkejut dan segera melepaskan tangannya dariku.
"Satya, ya? Gue Alex, kebetulan tadi gue lagi di rumah sakit waktu gue lihat Diandra pingsan."
"Iya nggak papa. Makasi banyak ya. Diagnosa dari dokter apa ya? Apa masih observasi?"
"Iya masih tahap observasi. Gue keluar dulu ya, biar lu bisa di sini jagain sambil tunggu dokternya."
"Sip. Makasi Lex."
Aku tak benar-benar tidur, samar-samar kudengar suara Satya di sampingku. Tangannya menggantikan posisi tangan Alex yang tadi menggenggamku.
*bersambung*
#30DWC
#30DWCJilid14
#Squad4
#Day24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar