Sesungguhnya sepanjang pernikahan kami,
baru kali ini aku melihat Satya begitu rapuh. Egonya seperti telah lepas entah kemana.
Jati dirinya seperti sedang tercerai-berai. Tatapan matanya seperti hilang
harapan. Kemanakah dirimu, Satya?
“Aku belum pernah melihat kamu sebobrok
ini. Kamu kenapa?”
Pertanyaan itu aku ucapkan cukup ketus.
Tetap saja aku masih khawatir akan dirinya, tetap saja aku masih miris melihat
keadaan laki-laki yang seharusnya tak begini buruk di depanku. Ia tak terurus
lagi.
“Aku nggak papa. Mungkin aku cukup shock mendengar kamu akan mengajukan
gugatan itu. Aku nggak mengira ucapan itu akan keluar dari mulut perempuan yang
aku tahu sabarnya udah keterlaluan terhadap aku.”
“Lantas kenapa kamu nggak mampu berjuang
demi kita?”
“Nggak tahu…”
“Apa dia hamil? Dia mengandung anak
kamu? Atau kalian sudah menikah diam-diam?”
“Aku nggak segila itu.”
Aku menghela napas, membuang pandanganku
jauh ke luar jendela kamar. Ya Tuhan, kalau memang semua perkiraan itu salah,
apakah ini artinya Satya benar-benar jatuh cinta terhadap perempuan itu?
Laki-laki mana yang berselingkuh mengikutsertakan hatinya? Menurut aku cuma Satya
yang bersikap bodoh seperti ini.
“Kalau memang memilih dia adalah
keputusan kamu, ya udah, aku bisa apa? Aku cukup menerima, setidaknya kamu
tidak menggantung aku dan anak-anak.”
“Dan sebaiknya kamu punya keputusan
tentang tanggung jawab kamu terhadap anak-anak nantinya.”
“Huuff… Aku nggak menyangka akan seberat
ini, melepas kamu dan jauh dari anak-anak itu adalah hal terberat di hidup aku.”
Aku dapat melihat dengan jelas betapa
kalut dan pucat wajah Satya saat ini. Bahkan tangannya masih erat
menggenggamku.
*bersambung*
#30DWC
#30DWCJilid14
#Squad4
#Day13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar