YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 11 September 2018

SISTER



           Kepergian ayah tak hanya memberi luka di hati kami namun juga menoreh kerinduan terdalam. Ibu seperti telah ikhlas menerima semuanya, ia yang paling tegar dibanding kami anak-anaknya. Entah isi hatinya, mungkin sama terlukanya atau malah paling terluka dari kami. Kehilangan belahan jiwa yang telah bersama selama hampir 45 tahun adalah hal terberat. Aku dapat merasakan kehilangan yang ibu rasakan seperti saat Satya dan aku memutuskan berpisah dan pergi jauh dari rumah, dari aku dan anak-anak. Ini menjadi kehilanganku yang kedua tentang sosok laki-laki yang sangat aku cintai. Meskipun perpisahanku dan Satya belum resmi secara hukum, tapi tetap saja melepasnya pergi dari hidupku itu ujian paling sakit.

“Kamu apa kabar? Kok sekarang kurusan?”
“Kabar baik. Ya mungkin capek selama merawat ayah. Kamu apa kabar?”
“Baik juga. O iya, aku mau ambil surat-surat ayah, ibu bilang kamu yang simpan.”
“O gitu. Ada di lemari yang biasa, masih inget kan? Tolong ambil sendiri, tanganku masih kotor.”
"Diandra, aku minta maaf. Bahkan dalam keadaan seperti ini aku nggak bisa selalu ada di samping kamu."
"Sudahlah. Aku nggak papa. Toh aku tetap harus membiasakan diri ini tanpa kamu kan?"
"Diandra, apa sampai saat ini ayah dan ibu masih tidak tahu tentang kondisi kita?"
"Menurut kamu gimana? Apa kamu pikir aku tega cerita pada mereka? Sekarang cuma ada ibu, tapi rasanya malah makin berat buat kasih tahu ibu. Lagipula itu tugas kita berdua untuk kasih tahu ibu, bukan hanya aku, iya kan?"
"Iya aku tahu. Nanti aku cari waktu yang tepat untuk kita kasih tahu ibu dan keluarga."
"Kamu udah siap?"
"Diandra, kamu tahu benar sampai kapanpun aku nggak pernah siap untuk melepas semua ini, kamu tahu aku sangat bergantung sama kamu dan anak-anak."
"Tapi sekarang kamu bisa kan?"

   Satya hanya menarik nafas panjang, ia tahu berdebat soal ini akan berujung pada pertengkaran. Aku masih terdiam menatapnya. Satya terlihat seperti tak terawat, tubuhnya agak gemuk tapi tak terurus dan pucat, kulitnya agak gelap, matanya yang dulu selalu menyiratkan kehangatan kini letih seperti sangat kurang tidur. Kamu kenapa Satya? Apa perempuan itu tak mengurusmu dengan baik? Ini seperti bukan kamu yang aku kenal. Dari balik punggungnya aku dapat menerka sebuah beban besar dalam hatinya. Ia pasti sedang kalut, kacau atau malah berantakan hidupnya. Ia masih sibuk mencari surat-surat ayah di lemari, aku lalu pergi meninggalkannya.



*bersambung*


#30DWC
#30DWCJilid14
#Squad4
#Day21

Tidak ada komentar: