YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 13 September 2018

SISTER



“Kak, kalo suatu saat nanti aku dan Yuka berpisah, apa ibu nggak masalah?”
“Apa benar-benar nggak bisa dibicarain lagi? Atau kamu sudah nggak ada cinta untuk Yuka.”
“Mungkin dia yang sudah nggak ada cinta buat rumah tangga kita. Kita sudah seperti punya jalan masing-masing. Aku sibuk sama urusanku dan dia sibuk sama kerjaannya.”
“Kalian nggak coba liburan bareng?”

Klise benar saranku pada Diara, sedangkan hubunganku dan Satya saja meruncing begini. Kalau Diara sampai memutuskan berpisah dan itu terjadi, ibu akan sangat kecewa kepada kami. Rumah tanggaku saja begini dengan Satya, ditambah Diara yang juga menempuh jalan yang sama. Mungkin untuk tahap awal aku bisa menutupi perginya Satya dari rumah karena soal pekerjaan, tapi ini nggak mungkin akan berjalan selamanya. Ibu pasti akan curiga dan menanyakan keadaan kami. Seketika aku merasa sangat pening, pandanganku agak kabur. Selanjutnya aku hanya sempat mendengar teriakan Diara bernada tinggi. Lalu hilang. Aku pingsan terkapar.

“Diandra, kamu sudah sehat? Diara bilang kamu pingsan tadi siang.”
“Nggak papa, aku cuma capek aja. Kamu telepon tadi siang?”
“Iya. Aku mau tanya hasil dokternya gimana? Ada yang serius?”
“Oh, nggak kok. Semua baik-baik aja.”
“Kamu yakin?”
“Iya, percaya deh.”

Suara Alex di telepon terdengar khawatir akan keadaanku, ia tahu bahwa aku tidak sedang baik-baik saja. Tapi aku tidak mungkin cerita pada Alex atau pada siapapun. Aku tetap bersikukuh bahwa aku sehat dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semua aku simpan rapat-rapat dari siapapun, apalagi dari anak-anak. Aku tidak mau menghancurkan harapan mereka begitu tahu soal keadaan ibunya. Malam ini aku pikir aku sudah terbebas dari pertanyaan Alex di telepon, tapi aku salah. Dia menelepon dari depan rumahku dan sekarang ada di depanku.

“Mana katanya kamu sehat-sehat aja? Pucat begini bilangnya nggak papa. Jangan pernah anggap sepele penyakit deh.”
“Idih jelek kamu. Kebiasaan nggak ilang-ilang dari dulu, tiba-tiba muncul kayak jelangkung.”
“Sembarangan. Mana ada jelangkung ganteng gini?”

Aku cubit pinggangnya sambil tertawa, ia meringis kesakitan. Ya Tuhan, kenapa bukan Satya yang seperti ini? Kenapa bukan Satya yang hadir saat aku sakit begini? Kenapa aku masih mengharapkan Satya? 



*bersambung*


#30DWC
#30DWCJilid14
#Squad4
#Day23

Tidak ada komentar: