YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 04 September 2018

SISTER



Dear Alex :
“Ketika rindu harus memeluk kisah, adakah kisah itu aku?”

            Aku berjalan menuju kasir foodcourt mal untuk mengisi saldo dan mencari makanan apa yang akan aku beli. Jam makan siang begini semua tempat duduk penuh, bahkan aku lihat beberapa ada yang berbagi meja. Mungkin aku bisa mengikuti cara mereka karena aku hanya sendirian tak perlu banyak meja dan kursi.

“Diandra?”

Langkah ini langsung terpaku terdiam sambil memegang nampan berisi makanan. Ini beneran ya? Atau ada orang lain yang serius banget miripnya? Eh, tapi nggak sih, ini beneran.

“Iya. Kamu, Alex?”

Ia mengangguk tersenyum. Senyumnya masih sama seperti 15 tahun lalu.

“Kamu lagi cari tempat duduk? Gimana kalo duduk bareng aku aja? Eh, tapi kamu sendirian atau sama temen?”
“Aku sendirian.”
“Kamu apa kabar? Klise ya pertanyaan aku hehehe…”
“Hehehe… Nggak kok. Masa nanya kabar dibilang klise. Kamu lagi ngapain di sini? Ada meeting?”
“Oh bukan. Tadi pagi abis nganter anak terus aku males pulang jadi sambil kerja aja di sini.”
“Kamu kerja di sini? Enak ya bisa kerja dari mana aja.”

Alex tak banyak berubah, terutama sorot matanya yang teduh.

“Aku masih sering lihat linimasa kamu.”
“Buat apa? Emang masih ada pengaruhnya buat kamu?”
“Iya ada dong.”
“Oh ya? Contohnya?”
“Sebuah penyesalan.”

Aku terdiam menatapnya. Menghentikan makan dan mencoba mendengarkan apa yang ia sebut sebagai penyesalan.

“Kamu tahu kita nggak pernah mengungkapkan soal apapun tentang kita. Tapi hati kita jelas terkait. Perasaan kita seperti udah terjalin erat, aku mengerti kamu dan kamu mengerti aku. Dulu, buat kita itu udah cukup. Melebihi suatu pernyataan cinta se-romantis apapun. Lalu aku pergi, demi sebuah cita-cita bullshit hehehe… Pergi tanpa penjelasan dan meninggalkan penyesalan. Kamu tahu, aku nggak pernah secuil pun menghilangkan ini dari semuanya. Sampai detik ini.”

Entah kenapa aku mulai sesak. Kata-kata Alex memenuhi otakku bercampur baur dengan rasa yang tertinggal. Aku berdiri dari bangku di hadapan Alex dan meraih tasku. Mungkin ada baiknya aku tak mendengarkan semua ini.

“Diandra, tunggu!”

Aku terus melangkah menghiraukan panggilannya. Alex mampu mengejarku dengan setengah berlari. Tangannya cukup kuat menggenggam tanganku. Langkahku terhenti seketika.

“Diandra, I love you… Selamanya…” Alex berbisik di telingaku.

Ya Tuhan, ini mungkin akan terdengar syahdu kalau saja 15 tahun lalu Alex mengucapkannya. Tanpa aku harus memberi jeda pada Satya tentang lamarannya. 15 tahun lalu, aku pernah salah menerka segalanya, bahwa ia akan lebih dulu meminang aku bukan malah mendukung aku untuk segera menerima Satya.

"I love you too Lex..."


*bersambung*


#30DWC
#30DWCJilid14
#Squad4
#Day14

Tidak ada komentar: