YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 05 September 2018

SISTER



           Ucapan “I love you too” hanya bisa aku teriakan dalam hati tanpa bisa aku sematkan kembali di telinga Alex. Bukan aku tak ingin membalasnya tapi aku nggak mampu. Alex tahu benar bagaimana kisah kami. Kisah yang sudah lebih dulu kami tuliskan berlembar-lembar halaman jauh sebelum pertemuanku dengan Satya. Kami tak pernah mengikrarkan diri sebagai sepasang kekasih. Tapi hati kami sudah mewakili. Tepat disaat aku menikah, Alex menghilang tanpa kabar. Sampai akhirnya kami bertemu kembali di sini. Disaat semuanya telah jauh berganti, disaat semuanya terlambat untuk dibahas, disaat semua lembaran-lembaran cerita itu secara terpaksa aku robek dan kujadikan sampah. Oh, mungkin ia pun hanya menganggapku sampah hingga tak sedikitpun ia berjuang untuk sebuah arti cinta sejati.

Kami duduk di sebuah teras restoran bergaya minimalis. Sore ini kami mencoba menenangkan hati kami berdua untuk sebuah kejujuran. Alex duduk di sebelahku, sesekali menengok kearahku sambil tersenyum. Sepertinya Tuhan memang sudah mentakdirkan kami untuk bertemu lagi agar semuanya menjadi jelas. Waktu hanyalah tentang ukuran yang berjalan berdampingan dengan kita. Tuhan sudah mendekatkan kami dengan cinta, lantas mengapa kami harus meninggalkan cinta itu dengan benci? Tuhan sempat menyatukan, lalu kenapa terpecahkan?  

“Aku boleh menggenggam tanganmu?”

Aku tahu setelah ini pasti ia akan menanyakan ada apa denganku. Alex selalu seperti itu, ia pintar membaca aura wajahku saat aku sedang bermasalah.

“Aku pikir kamu sudah berubah.”
“Maksudmu?”
“Iya, habis ini pasti kamu akan menanyakan aku lagi kenapa.”

Alex tertawa mendengar ucapanku, tangannya semakin erat menggenggamku.

“Jadi kamu kenapa? Aku cuma mau memastikan kamu baik-baik aja.”
“Tuuhh kaan....”

Aku balik tertawa karena semua tebakanku benar.

“Kalo kamu selalu mau memastikan aku baik-baik aja, terus kemana kamu selama ini? Kamu tahu aku nggak dalam keadaan baik-baik aja saat itu.”
“Harus banget dibahas ya?”
“Ya udah nggak penting juga sih sebenernya, tapi aku cukup merasa seperti sampah aja waktu itu.”
“Aduh kok gitu? Aku baru ketemu loh ada sampah secantik ini.”
“Nggak usah gombal, nyebelin tahu nggak kamu itu?”
“Nyebelin kayak gini aja bikin kangen mulu ya.”
“Idih...”

      Sungguh aku dapat melihat kerinduan terdalam di matanya. Kerinduan yang tiap kali kami dulu tak bisa bertemu karena kesibukan masing-masing, lalu hanya pantai yang dapat menebus kerinduan kami. Dahulu, waktu segalanya masih bersama dan terjalin manis.
            


*bersambung*


#30DWC
#30DWCJilid14
#Squad4
#Day15

Tidak ada komentar: