"Apa?" tanyaku balik.
"Bakso," jawab Amanda cepat.
"Bakso? Bakso di Jakarta juga banyak, dari bakso sebesar gundu sampe sebesar bola basket juga ada di Jakarta," kataku meledeknya.
"Eits, jangan salah, bakso bang Yusuf ini dijamin enak dan sehatnya sejagad raya, bikinan rumahan yang bahan-bahannya nggak ngebohong," ujar Amanda membanggakan bakso andalannya.
Lalu kami berputar arah sesuai petunjuk Amanda menuju tempat mangkal bang Yusuf. Setengah jam sudah kami mengitari tempat ini tapi bakso gerobak bang Yusuf tak juga kelihatan menetap disudut jalan. Amanda masih serius mencari-cari dimana kiranya bakso bang Yusuf berada. Tapi yang kami lihat malah sederetan warung lesehan memenuhi jalan ini. Setengah jam kami berputar-putar mengelilingi jejeran warung lesehan namun nihil, gerobak bakso bang Yusuf tak nampak sedikitpun.
"Pak, mau tanya, dulu saya pernah langganan bakso di sekitar sini, bapak tahu nggak kira-kira pindah kemana?" tanya Amanda pada seorang Bapak tukang sapu jalanan.
"Walah mbak, bang Yusuf meninggal sebulan yang lalu karena kecelakaan, kasihan mbak, ditabrak bis wisata yang rem nya blong pas lagi jualan," ujar bapak tua itu menjelaskan.
Amanda terkejut mendengar ceritanya, aku tak kalah kaget mengetahui kejadian yang mengenaskan tersebut.
#15HariNgeblogFF
2 komentar:
Hampir mengira tukang baso-nya jadi hantu penasaran...
walah, mbak... postingannya kok sedih gini... :'(
Posting Komentar