"Tim, dimana kamu?" tanya Delisha sambil meraba -raba dengan tongkatnya.
"Guk..."
Suara Tim seolah menjadi jawaban ketenangan bagi hati Delisha. Sejak kecil Tim adalah sahabat setianya, hingga ia mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kebutaan pada kedua matanya 5 tahun lalu. Tim masih setia dengan dirinya, bahkan semakin setia menjalani hari-harinya dan rasa cintanya pada pantai. Tim yang selalu menemaninya saat Delisha bercengkerama dengan pasir-pasir putih pantai ini. Tim yang begitu sabar menunjukkan arah menuju pantai yang tak begitu jauh dari rumahnya. Walau kini Delisha tak mampu berkejaran dan bermain berlarian dengan Tim, tapi Tim masih saja tak ambil pusing, masih saja berusaha mengajaknya untuk berlarian bergumul dengan hangatnya pasir pantai. Ia tak peduli Delisha bisa melihat pantai nan indah ini atau tidak. Seolah ia hanya ingin Delisha bahagia, tertawa, mengeluarkan suara riangnya persis sebelum Delisha buta.
"Tim, kamu tahu, kamu akan selalu menjadi sahabat terbaik dalam hidupku, lebih dari apapun," ucap Delisha sambil mengelus-elus tubuh Tim dengan manja.
Delisha lalu duduk terdiam, menghela napasnya cukup panjang lalu tersenyum pada luasnya jagad pantai. Gelungan ombak yang kian sore semakin terdengar kencang, angin pantai yang mulai menyentuh dinginnya dan Tim yang ikut duduk tenang disebelahnya. Tiba saat obor-obor pantai menyala, Tim menggigit ujung tongkat Delisha dan mengarahkannya menuju rumah.
"Sudah mulai gelap mbak, hati-hati pulangnya," ujar seorang pria.
Delisha mengangguk tersenyum. Pria itu bernama mas Jalu, Delisha mengenalnya karena ia adalah pria pemantik obor pantai. Begitu mas Jalu menjawabnya saat Delisha pertama kali membalas sapaannya. Menurutnya mas Jalu pria yang ramah dan baik, entah seperti apa rupanya.
"Tim, mungkin ia akan menjadi salah satu pria yang nanti akan kutemui setelah operasi mataku besok," bisik Delisha pada Tim.
Sore ini Delisha berjalan menyusuri pantai seorang diri, tanpa kehadiran Tim. Ia tak mengerti mengapa Tim tak nampak setelah ia berhasil membuka matanya kembali dan dapat melihat dengan jelas. Tiba-tiba dari kejauhan seekor anjing berlari kencang kearahnya, mengendus-endus kedua kakinya berharap Delisha memeluknya. Delisha mengernyitkan dahinya, ia bingung dengan sikap anjing tersebut seolah mengenalnya begitu dekat. Anjing itu bersama dengan seorang pria yang membawa...
"Astaga! Kamu pria pemantik obor itu?? Apakah ini anjingmu?" tanya Delisha beruntun.
"Delisha, apa kamu tak mengenal sahabatmu yang selama ini setia menemani perjalananmu di pantai ini? Apa kamu tak ingat siapa yang menggiring tongkatmu menuju rumahmu setiap sore?" mas Jalu balik bertanya.
"Ya, aku ingat, tapi entah dimana sekarang Tim berada, padahal aku sangat rindu padanya," sahut Delisha.
"Delisha, ini adalah anjing yang selama ini setia bersamamu, ia mungkin bukan Tim kesayanganmu tapi ia melebihi Tim yang pernah ada," ucap mas Jalu.
"Apa maksudmu?" Delisha semakin bingung.
"Tak lama` setelah kamu mengalami kecelakaan, Tim mati ditabrak motor, aku bingung dengan apa aku harus menghiburmu, lalu aku menemukan anjing ini. Kenalkan, namaku Jalu, laki-laki yang seharusnya menjadi tunanganmu saat kamu dan keluargamu mengalami kecelakaan. Aku yang melatih Tim palsu untuk bisa setia padamu, aku yang selama ini mengatur semua ini," Jalu bercerita panjang.
"Dan kamu orang yang selama ini juga setia menjaga aku?" Delisha meyakinkan pemikirannya.
Mas Jalu mengangguk pelan. Baginya semua pengorbanan ini tak seberapa dibanding rasa cintanya terhadap Delisha dan demi kebahagiaan Delisha. Airmata Delisha mulai beriringan mengalir di pipinya. Ia telah memeluk Tim yang bukan Tim kesayangannya. Ia telah menitipkan semua rindu dan bahagianya bukan pada Tim yang sesungguhnya. Delisha menatap anjing kampung itu penuh airmata.
"Aku rindu memelukmu, Tim," Delisha menggapai anjing tersebut dan memeluknya erat.
"walau kamu bukan Tim kesayanganku..." ucapnya lagi.
Mas Jalu tersenyum melihatnya, ia tak menyangka Delisha akan mudah menerima kehadiran anjing kampung itu.
"Terima kasih telah menjagaku selama ini... Dengan penuh cinta," ucap Delisha tersenyum meraih tangan mas Jalu.
"Sudah mulai gelap mbak, hati-hati pulangnya," ujar seorang pria.
Delisha mengangguk tersenyum. Pria itu bernama mas Jalu, Delisha mengenalnya karena ia adalah pria pemantik obor pantai. Begitu mas Jalu menjawabnya saat Delisha pertama kali membalas sapaannya. Menurutnya mas Jalu pria yang ramah dan baik, entah seperti apa rupanya.
"Tim, mungkin ia akan menjadi salah satu pria yang nanti akan kutemui setelah operasi mataku besok," bisik Delisha pada Tim.
Sore ini Delisha berjalan menyusuri pantai seorang diri, tanpa kehadiran Tim. Ia tak mengerti mengapa Tim tak nampak setelah ia berhasil membuka matanya kembali dan dapat melihat dengan jelas. Tiba-tiba dari kejauhan seekor anjing berlari kencang kearahnya, mengendus-endus kedua kakinya berharap Delisha memeluknya. Delisha mengernyitkan dahinya, ia bingung dengan sikap anjing tersebut seolah mengenalnya begitu dekat. Anjing itu bersama dengan seorang pria yang membawa...
"Astaga! Kamu pria pemantik obor itu?? Apakah ini anjingmu?" tanya Delisha beruntun.
"Delisha, apa kamu tak mengenal sahabatmu yang selama ini setia menemani perjalananmu di pantai ini? Apa kamu tak ingat siapa yang menggiring tongkatmu menuju rumahmu setiap sore?" mas Jalu balik bertanya.
"Ya, aku ingat, tapi entah dimana sekarang Tim berada, padahal aku sangat rindu padanya," sahut Delisha.
"Delisha, ini adalah anjing yang selama ini setia bersamamu, ia mungkin bukan Tim kesayanganmu tapi ia melebihi Tim yang pernah ada," ucap mas Jalu.
"Apa maksudmu?" Delisha semakin bingung.
"Tak lama` setelah kamu mengalami kecelakaan, Tim mati ditabrak motor, aku bingung dengan apa aku harus menghiburmu, lalu aku menemukan anjing ini. Kenalkan, namaku Jalu, laki-laki yang seharusnya menjadi tunanganmu saat kamu dan keluargamu mengalami kecelakaan. Aku yang melatih Tim palsu untuk bisa setia padamu, aku yang selama ini mengatur semua ini," Jalu bercerita panjang.
"Dan kamu orang yang selama ini juga setia menjaga aku?" Delisha meyakinkan pemikirannya.
Mas Jalu mengangguk pelan. Baginya semua pengorbanan ini tak seberapa dibanding rasa cintanya terhadap Delisha dan demi kebahagiaan Delisha. Airmata Delisha mulai beriringan mengalir di pipinya. Ia telah memeluk Tim yang bukan Tim kesayangannya. Ia telah menitipkan semua rindu dan bahagianya bukan pada Tim yang sesungguhnya. Delisha menatap anjing kampung itu penuh airmata.
"Aku rindu memelukmu, Tim," Delisha menggapai anjing tersebut dan memeluknya erat.
"walau kamu bukan Tim kesayanganku..." ucapnya lagi.
Mas Jalu tersenyum melihatnya, ia tak menyangka Delisha akan mudah menerima kehadiran anjing kampung itu.
"Terima kasih telah menjagaku selama ini... Dengan penuh cinta," ucap Delisha tersenyum meraih tangan mas Jalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar