Manusia jenis apa yang menolak tugas meliput berita ke luar negeri? Terutama Perancis. Bahkan 2 teman kantorku Keyla dan Ajeng meleleh setelah mendengar daerah penugasanku berikutnya ini. Aku menolak keras. Mereka iri teramat sangat. Tapi pengalaman sekolah yang kuukir di Perancis ternyata malah semakin memperkuat alasan penugasan ini dibanding sikap penolakanku pada mister big boss. Pasrah, terima nasib. Benar kata Ajeng, harusnya aku senang karena mungkin hal ini bisa jadi kesempatanku untuk reuni dengan teman-teman disana. Tapi itu artinya aku juga harus siap 'reuni' dengan masa laluku tentang Brian. No, ini bukan soal cinta, tapi sebaliknya, kebencian teramat dalam.
Aku berdiri di depan Shakespeare & Co, sebuah toko buku kecil yang terletak di kota Paris. Toko buku yang pernah menjadi latar film "Before Sunset" dan "Midnight in Paris" ini memang termasuk toko buku bersejarah yang banyak dikunjungi wisatawan penikmat buku. Tak begitu luas, tapi memiliki atmosfer yang berbeda saat berada di dalamnya. Memasuki Shakespeare & Co seperti ikut menjadi bagian dari sejarahnya, itu menurutku. Dan ikut menjadi bagian dari kisah kebencianku terhadap Brian, salah seorang mahasiswa yang juga berasal dari Indonesia. Sejak dulu aku perempuan penggila bola, dan tim Perancis menjadi tim kecintaanku selamanya, bukan karena si botak Zidane tapi lebih pada Willy Sagnol. Semua berita tentang Willy Sagnol aku bundel dengan rapi menjadi 1 buku. Saat itu aku menitipkan buku kumpulan Willy Sagnol pada toko buku ini, tapi Brian menghancurkan semua jerih payahku. Ia sainganku di kampus, nilai-nilainya selalu bertukar posisi padaku di tingkat paling baik. Dan aku tahu ia tak menyukai bola. Sengaja ia meminjam buku Willy Sagnol, lalu melenyapkannya! Yup, ia menghilangkan buku terbaikku... Menggantinya dengan apapun tak bisa menutupi sakit hatiku padanya. Lalu ia hanya meminta maaf ditengah amarahku yang memuncak dan pergi tanpa kabar atau niat baik apapun. Gila!
Hilangnya buku Willy Sagnol praktis membuat mood belajarku menurun, dan Brian tertawa puas melihat kekecewaanku. Namun aku tak gentar oleh sikapnya, hari demi hari aku berusaha keras mengejar nilai-nilaiku yang merosot hingga akhirnya lulus dengan nilai sempurna. Brian semakin jengkel padaku. Aku kembali ke Jakarta dengan puas tanpa peduli perasaannya dan bagaimana hidupnya setelah aku mengalahkannya.
"Prita...!" seseorang memanggilku.
"Apa kabar? Senang bisa bertemu denganmu disini," ucapnya tersenyum.
"Brian? Ya, aku baik," sahutku agak terkejut melihatnya.
"Ini...mungkin buku ini masih kamu perlukan, aku minta maaf mungkin karena buku ini kita tak pernah saling mengenal dengan baik. Entah kenapa aku yakin kamu akan kembali kesini makanya aku sengaja tak mengembalikannya," Brian memberikan sebuah buku padaku.
"Ya Tuhan, buku Willy Sagnol-kuuu....! Thanks yaa!" aku tersenyum sumringah dan spontan memeluknya.
"Eh, sori..sori..." aku langsung melepaskannya saat mengingat kebencianku padanya.
"Sebenernya buku itu nggak pernah hilang, aku menyimpannya dengan baik sampai aku sendiri bekerja di toko buku ini. Semua itu cuma trik aku sih, tapi kayaknya malah jadi kacau banget," Brian tertawa.
"Trik?" aku sedikit bingung.
"Iya, dari dulu aku kan suka sama kamu, Ta," ucap Brian menatapku.
"Huh, jail!" aku memukul badan tegapnya dengan buku.
"Aduh, sakit, Ta, itu kan bukunya tebel banget," Brian meringis.
#15HariNgeblogFF
Hilangnya buku Willy Sagnol praktis membuat mood belajarku menurun, dan Brian tertawa puas melihat kekecewaanku. Namun aku tak gentar oleh sikapnya, hari demi hari aku berusaha keras mengejar nilai-nilaiku yang merosot hingga akhirnya lulus dengan nilai sempurna. Brian semakin jengkel padaku. Aku kembali ke Jakarta dengan puas tanpa peduli perasaannya dan bagaimana hidupnya setelah aku mengalahkannya.
"Prita...!" seseorang memanggilku.
"Apa kabar? Senang bisa bertemu denganmu disini," ucapnya tersenyum.
"Brian? Ya, aku baik," sahutku agak terkejut melihatnya.
"Ini...mungkin buku ini masih kamu perlukan, aku minta maaf mungkin karena buku ini kita tak pernah saling mengenal dengan baik. Entah kenapa aku yakin kamu akan kembali kesini makanya aku sengaja tak mengembalikannya," Brian memberikan sebuah buku padaku.
"Ya Tuhan, buku Willy Sagnol-kuuu....! Thanks yaa!" aku tersenyum sumringah dan spontan memeluknya.
"Eh, sori..sori..." aku langsung melepaskannya saat mengingat kebencianku padanya.
"Sebenernya buku itu nggak pernah hilang, aku menyimpannya dengan baik sampai aku sendiri bekerja di toko buku ini. Semua itu cuma trik aku sih, tapi kayaknya malah jadi kacau banget," Brian tertawa.
"Trik?" aku sedikit bingung.
"Iya, dari dulu aku kan suka sama kamu, Ta," ucap Brian menatapku.
"Huh, jail!" aku memukul badan tegapnya dengan buku.
"Aduh, sakit, Ta, itu kan bukunya tebel banget," Brian meringis.
#15HariNgeblogFF
Shakespeare & Co
Read more at: http://ciricara.com/2012/09/26/inilah-7-toko-buku-paling-indah/
Copyright © CiriCara.com
Read more at: http://ciricara.com/2012/09/26/inilah-7-toko-buku-paling-indah/
Copyright © CiriCara.com
Shakespeare & Co
Read more at: http://ciricara.com/2012/09/26/inilah-7-toko-buku-paling-indah/
Copyright © CiriCara.com kjkjkj
Read more at: http://ciricara.com/2012/09/26/inilah-7-toko-buku-paling-indah/
Copyright © CiriCara.com kjkjkj
Shakespeare & Co
Read more at: http://ciricara.com/2012/09/26/inilah-7-toko-buku-paling-indah/
Copyright © CiriCara.com
Read more at: http://ciricara.com/2012/09/26/inilah-7-toko-buku-paling-indah/
Copyright © CiriCara.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar