YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 30 Oktober 2012

Hujan Akhir Oktober

       Perempuan itu berlari kecil di persimpangan jalan, hujan rintik-rintik mulai turun dan lampu lalu lintas belum juga berubah menjadi hijau. Setelah ini ia pasti masuk menuju warnet, menggantungkan mantelnya, menuju tempat favorit-nya di sudut warnet dekat jendela lalu memesan susu putih hangat. Selalu seperti itu, dan aku mulai menghafal hampir setiap gerak-geriknya. Aku tak berusaha sedikitpun menculik perhatiannya demi sebuah perkenalan ataupun pertemanan. Bukan karena aku tak tertarik dengan perempuan unik dan manis sepertinya, tapi mungkin belum ada hujan yang tepat untukku mencari celah pertemuan. Hujan pagi hari, siang hari ataukah sore hari.
         Hari demi hari menjadi Oktober yang kian manis untukku. Pagi itu tiba-tiba hujan turun begitu lebatnya hingga semua orang terlihat berlari menepi untuk berteduh. Tapi kamu masih berdiri di perrsimpangan jalan dengan pasrah. Entah mengapa aku tergerak membawakan payung hijau toska itu untukmu. Sedikit berlari aku menuju persimpangan jalan tempatnya berdiri.

"Pakai payungku saja," kataku tersenyum menyodorkan sebuah payung.
"Terima kasih," jawabmu sambil jalan berbarengan menuju warnet.
"Sebenarnya sudah terlanjur basah juga, tapi terima kasih sudah meminjamkan payungmu," katamu kemudian.
"Setidaknya kamu tak basah kuyup, di dalam warnet dingin nanti kamu bisa masuk angin," aku memberi alasan.

Entah itu alasan atau bentuk perhatian kecil, tapi perempuan itu tersipu malu mendengar ucapanku. 

"Namaku Astri, namamu siapa?" tanya perempuan itu padaku.
"Namaku Bimo," sahutku cepat.

Setelah itu kami berdua seperti selalu menantikan hujan. Menatap setiap rintiknya dari balik jendela warnet saling membalas obrolan kami di sebuah situs. Padahal tatapan kami seringkali bertemu, entah senyum, tawa atau sekedar ledekan. Sampai suatu saat Astri tak kunjung hadir di warnet ini, tak juga di persimpangan jalan menunggu lampu hijau berganti merah. Aku mencoba memesan minuman andalannya, susu putih hangat. Pojokan warnet itu sekarang telah kosong, sesekali terisi namun bukan Astri. Kuteguk susu putih hangat sebagai pelipur rasa rindu ini pada Astri. Lalu aku mencoba berpindah ke pojokan favorit Astri, menatap hujan di akhir Oktober dari jendela warnet. Tanpa sadar, Astri telah menatapku terlebih dahulu dari luar jendela warnet, tersenyum menunduk dan berlalu dipelukan seorang lelaki tua. Aku termangu...



#15HariNgeblogFF

Tidak ada komentar: