YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Senin, 14 Mei 2012

Semut dan Gajah



Di sebuah kampung rimba hiduplah sebuah koloni gajah angkuh. Ya, kekuatan gajah yang sangat dominan dalam menguasai sebagian wilayah pasokan makanan bagi kehidupan kampung rimba, bahkan tanpa lawan tanding yang seimbang. Walaupun harimau dan singa yang dijuluki raja hutan, mereka tetap tidak memiliki keberanian untuk memangsa dan mengganggunya. Begitu angkuhnya dengan kekuatan tersebut hingga menjadikan sikap mereka lebih dari para raja rimba. Para gajah selalu tertawa penuh kesombongan saat membandingkan dirinya pada binatang lain. Mungkin yang bisa menyamai kekuatannya hanya gorila atau kingkong, tapi di kampung rimba tak ada gorila atau kingkong. Tidak ada yang ditakutinya meski mereka memiliki taring besar seperti Harimau dan Singa sekalipun. Karena keduanya pastilah menghindar bila telah berpapasan dengan para Gajah yang dengan angkuh menghentak-hentak kaki ke bumi dan melambai-lambaikan belalainya seakan ingin merobohkan semua yang menghalangi perjalanannya.

Suatu hari koloni gajah berjalan dan menginjak semut kecil. Mereka terus saja berjalan tanpa peduli apa yang ada dibawahnya. Semut-semut lain langsung berlarian menyelamatkan diri. Para gajah tak merasa salah sedikitpun. Teriakan semut kecil tak terdengar oleh mereka. Karena dia berada dalam kekecilan yang pasti. Sementara dunia luas tetap saja enggan menoleh dan mencari dimana suara yang samar itu berawal.

Semut-semut kecil manatap saudaranya yang sedang terkapar kesakitan. Kesedihan dan luka terdalam tengah mereka rasakan. Kematian yang tak akan pernah bisa dimengerti kedatangannya. Lalu para korban segera dilarikan ke dalam istana, sebuah istana sarang semut di dalam tanah. Beberapa semut segera menyiapkan upacara penguburan bagi teman mereka. Ini akan menjadi ritual penghormatan terakhir yang menyedihkan. Seekor semut mengumumkan tentang kematian saudaranya serta upacara ritual tersebut.

"Assalamualaikum, telah mati dengan tenang, saudara kita yang terinjak oleh para gajah dengan kesombongan dan keangkuhan mereka. Bagi para pelayat yang akan hadir pada upacara ritual silakan berkumpul di istana raja, sekian, wassalam," seekor semut berkata dengan lantang.

Tak berapa lama upacara pun berlangsung khidmat penuh isak tangis dan keresahan karena mungkin hal ini akan terjadi dan terjadi lagi. Karena para gajah seringkali berucap :

"Menyingkirlah dari jalan kami atau kalian akan menyesal!"

Selesai upacara penguburan, raja semut mengumpulkan rakyatnya untuk membicarakan perihal kelakuan para gajah angkuh.

"Aku rasa kita tak mungkin melawan para gajah itu raja, mereka jauh sangat lebih besar dari kita," ujar seekor semut.
"Ya raja, sepertinya kita butuh superhero seperti Superman, Ironman, Spyderman, Batman," ujar yang lain.
"Atau Gatot Kaca," semut yang satu menyahut.

Raja semut hanya tersenyum melihat rakyatnya begitu peduli terhadap sesama hingga menyampaikan ide-ide diluar kenyataan. Lalu raja semut masuk ke dalam istana untuk rapat, sementara rakyatnya dibiarkan menikmati hidangan yang tersedia. Kerajaan semut selalu memberi makan seluruh rakyatnya tanpa terkecuali dan tanpa pilih-pilih, demikianpun halnya dengan fasilitas yang dapat digunakan oleh rakyatnya karena ini adalah hasil kerja keras rakyatnya. Sikap raja yang selalu merangkul rakyatnya diikuti pula oleh rakyatnya. Rakyat semut selalu bersikap sopan, menghormati dan segan pada raja. Beberapa jam berlalu dan sang raja telah kembali berada diatas altarnya.

"Rakyatku! Sebagai kaum yang tersolid di jagad raya ini, kita harus menyamakan tujuan dan cara kita, menjaga keutuhan dan jangan sampai terpecah belah! Dan kali ini kita sepakat akan memberi pelajaran pada koloni gajah angkuh!" raja berkata dengan tegas.

Raja lalu memberitahukan rencana peringatan keras untuk koloni gajah. Semut sebagai kaum pekerja segera berangkat menuju kawanan gajah.


Pagi yang mulai menyembulkan sinarnya, kampung rimba masih sepi dan tenang. Tiba-tiba terdengar jeritan dan gaduh yang memecah pagi itu. Raja gajah yang tinggi besar mengamuk! Seketika kampung rimba bergetar seperti ada gempa. Raja gajah menabrak beberapa pohon diantara koloni gajah dan tersungkur kesakitan. Raja masih menahan sakitnya yang luar biasa, terdiam sejenak lalu kembali mengamuk kesakitan.

"Saaakkiiiiiittt!!!! Ampuuunnn!!!" Raja gajah berteriak dan berlari, pohon rerumputan kecilpun terlindas olehnya.

Dan raja gajah itu menabrak batu yang besar. Dia kembali tersungkur. Kepalanya terluka karena terbentur batu yang keras itu. Setelah terlihat tidak bisa berdiri lagi. Kawanan gajah berkumpul mengelilingi rajanya.

"Ayah, ada apa? Siapa yang sudah berani melawan koloni gajah seperti kita? Katakan Ayah, biar kita hancurkan," ucap sang putra raja sambil mengelus kepala sang Ayah.

Raja gajah tidak segera menjawab, nafasnya masih tersendat-sendat karena lelah berlarian. Matanya terlihat meringis menahan sakit karena terkena benturan dengan pohon dan batu besar. Tak lama raja terbangun.

"Semut. Semut telah menyakiti aku," katanya.

Para gajah saling berpandangan, ada juga yang cekikikan tertawa. Bagaimana mungkin semut dapat menyakitinya? Ukurannya jauh lebih kecil dari para gajah. Lalu gajah berdiri dengan bantuan sang anak dan pengawalnya. Raja Gajah terlihat marah karena dirinya telah ditertawakan.

"Ayah, mereka itu begitu kecil, bagaimana mungkin mereka bisa menyakiti kita?" sang anak memberanikan diri meyakinkan Ayahnya.
"Dengarlah! Aku serius! Para semut itu bisa menyakiti kita dengan sangat kejam," ujar raja gajah kesal.
"Kita hancurkan saja sarang dan semua penghuni di dalamnya. Kita harus bertindak cepat," ucap salah satu gajah sambil menghentakkan kakinya.

Gajah lain ikut mengangguk setuju. Seketika suasana menjadi sangat gaduh dengan kekesalan pada para semut.

"Diaaamm! Jangan bodoh!" teriak raja melepas kegaduhan.
"Raja semut telah memperingatkan aku bahwa di dalam telinga kalian saat ini telah berisi semut, sejak semalam mereka telah bergerak masuk dan nanti malam mereka secara serentak akan menyakiti kita semua. Menyiksa kita karena kita telah melukai mereka kemarin. Ini pembalasan dari mereka," ujar raja menjelaskan.

Koloni gajah langsung panik dan saling melihat telinga teman yang ada di sampingnya. Ya, para semut tampak tersenyum bangga sambil melambaikan tangan. Berbagai jenis semut telah ada di dalam telinga tiap gajah.

"Ayah, bagaimana kita bisa mengeluarkan mereka dari telinga?" tanya sang anak dengan suara panik dan mulai menangis.
"Yang aku tahu, semua semut sangat gigih dan kuat, mereka lebih baik mati daripada melepaskan gigitannya. Jadi tidak ada yang bisa kita lakukan selain mengikuti apa yang mereka mau," jawab raja.
"Rakyatku, saat ini yang bisa kita lakukan hanyalah mencoba memahami diri kita sendiri untuk berubah. Membuang jauh kesombongan dan rasa angkuh karena porsi kita yang lebih besar dari warga kampung rimba ini. Lihatlah, kita kalah hanya oleh kekuatan semut, bukan kekuatan singa atau harimau, kekuatan mereka lebih solid dari yang kita duga," kata-kata raja membuat koloni gajah tertunduk malu.

Mereka sadar bahwa selama ini telah bersikap keterlaluan pada semua warga kampung rimba terutama para semut. Lalu raja gajah terdiam, mengernyitkan dahinya seolah berkomunikasi dengan raja semut. Tak lama kemudian para gajah merasakan ada yang berjalan keluar dari telinga mereka. Para semut meninggalkan telinga gajah dan kembali ke sarangnya.

Kini para gajah tak lagi bersikap semena-semena terhadap yang lebih kecil, tak lagi sombong atau angkuh. Mereka telah menyadari arti kekuatan yang sebenarnya. Kampung rimba terlihat lebih tenteram karena koloni gajah sudah mau hidup berdampingan dengan siapapun.



#7HariMendongeng

Tidak ada komentar: