
Kenalkan, namaku Kingkin si burung merah. Sifatku yang pemarah membuat aku dijuluki burung jutek. Sehari-hari aku membantu juragan kecilku di kebun untuk mengumpulkan buah-buahan. Tapi pekerjaanku tidaklah mudah, ada Palastra si babi yang suka mencibir dan mengganggunya.
"Hei burung jutek dan pemarah, apa kamu tidak bosan dengan pekerjaanmu itu? Lebih baik kamu menjadi pekerja di ladang Pak Gendut," katanya dengan wajah sinis.
"Diam kamu, pekerjaanku ini lebih baik tahu daripada pekerjaanmu yang hanya mencibir dan mengganggu aku," sahut Kingkin kesal.
"Kamu yakin setia bekerja pada tempat yang benar?" Ujar Palastra.
"Apa maksudmu?" Kata-kata Palastra mulai mengusiknya.
"Cobalah kamu cari tahu apa sebenarnya yang dilakukan oleh juragan kecilmu,"Palastra si babi tersenyum puas.
Tinggallah Kingkin yang mulai goyah dengan kesetiaannya selama ini dan tergugah untuk mencari tahu. Siang ini setelah Kingkin bekerja mengikut sang juragan kecil, ia memutuskan untuk mengikutinya. Sang juragan kecil terlihat agak susah membawa 3 karung buah ke sebuah rumah kecil. Itu buah-buah yang Kingkin petik, pikirnya. Lalu berkumpulah sang juragan kecil bersama 3 temannya. Mereka tampak senang dan tak ada pemandangan aneh sampai salah satunya berkata tentang hasil curian hari ini. Apa??? Jadi selama ini Kingkin membantu pencuri? Bodohnya ia. Mungkin Palastra sudah mengetahuinya hingga ia mengejeknya begitu puas. Kingkin sangat kecewa, marah dan juga sedih pada dirinya sendiri. Esoknya Kingkin berpura-pura sakit, ia sudah tak sudi membantu pencuri cilik itu. Ditengah jalan ia bertemu dengan Palastra. Ia hanya tersenyum jahil melihat Kingkin mulai tak setia pada juragan kecilnya.
"Daripada kamu tersenyum sinis begitu, lebih baik kamu temani aku bertemu Pak Gendut," ujar Kingkin.
Babi muda itu berjalan santai menemani Kingkin bertemu siempunya ladang. Setelah itu mereka beristirahat di pelataran rumput yang luas.
"Kenapa kamu memutuskan bekerja di tempat lain? Aku lihat kamu sangat setia padanya," tanya Palastra.
Kali ini rautnya begitu baik, tak sinis seperti biasanya. Dan Kingkin mulai merasa ia adalah teman yang baik meski agak nyinyir.
"Cukuplah aku membantunya selama 3 tahun ini, menjadi busur di ketapelnya untuk mencapai buah-buah di ladang orang, 3 tahun menerima nasib sebagai burung pemarah sekaligus bodoh," jawab Kingkin penuh sesal.
"Tapi kamu kan memang burung pemarah dan selamanya akan menjadi burung pemarah," Palastra tertawa. Kingkin ikut tertawa.
"Ya kamu benar, aku memang burung pemarah karena wajahku yang tercipta sebagai burung pemarah. Terima kasih Palastra, kamu walau suka mencibir masih baik padaku, maafkan kalau aku suka buruk sangka mengira kamu hanya bisa mencela aku," kata Kingkin tersenyum.
Sejak saat itu Kingkin si burung pemarah dan Palastra si babi muda bersahabat erat.
#proyekfabel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar