"Baiklah, saya akan mulai membacakan isi surat wasiat yang telah diwariskan Kakek Rustam kepada para ahli warisnya," Pak Hariawan mulai membuka pembicaraan.
"Ardika Respati, sebagai anak laki pertama diwariskan semua perkebunan milik Kakek Rustam, Shasri Andara, sebagai anak perempuan pertama diwariskan semua rumah milik Kakek Rustam beserta usaha kontrakan dan kost-kost an, Mayang Canting, sebagai anak ketiga diwariskan berbagai emas dan perhiasan milik Kakek Rustam, Gani Haradi, sebagai anak keempat diwariskan peternakan di seluruh daerah milik Kakek Rustam, Andini Ranjani, sebagai anak bungsu Kakek Rustam diwariskan Apsara, untuk semua cucu-cucu Kakek Rustam diwariskan semua mobil mewah yang dibagikan secara adil. Demikian isi surat wasiat ini saya bacakan, Kakek Rustam sangat berharap apapun yang diwariskan olehnya dijaga dan dipupuk dengan baik," Pak Hariawan menjelaskan panjang lebar.
Semua anak dan cucu Kakek Rustam nampak berbahagia dengan pembagian warisan Kakek Rustam seakan tak peduli lagi dengan kepergiannya. Mereka malah menertawakan Andini, sang adik bungsu. Ia dan suami hanya mendapatkan Apsara, seekor kucing hutan betina berwarna kuning keemasan. Apsara adalah kucing kesayangan Kakek Rustam. Lima tahun lalu Kakek Rustam menemukan Apsara di hutan dekat perkebunan tebu miliknya. Saat itu Apsara kecil terjepit diantara runtuhan pohon tebu dan Kakek Rustam yang menyelamatkan dan merawatnya. Kemanapun Kakek Rustam pergi Apsara selalu setia bersamanya. Andini dan suami yang belum memiliki keturunan, praktis hanya mendapatkan Apsara sebagai warisan dari sang Ayah.
"Sudahlah Andini, kamu jangan menangis, Kakek Rustam telah begitu adil membagikan semua warisannya, kamu hanya tinggal menjaganya dengan baik," ujar Pak Hariawan.
"Aku tak menangisi apa yang telah Ayah wariskan padaku, aku sedih, bagaimana bisa semua kakak-kakak ku tertawa bahagia disaat Ayah baru saja pergi seminggu yang lalu. Aku lebih merindukan Ayah dari pada semua warisannya," sang suami memeluknya erat.
Pak Hariawan terkejut dengan kata-kata Andini, selama ini yang ia tahu Kakek Rustam tak begitu membanggakan anak bungsunya ini karena Andini dan suami lebih memilih hidup sendiri dengan sederhana sebagai pedagang dibanding tinggal dibawah harta Kakek Rustam.
Andini dan suami merawat Apsara dengan baik dan penuh kasih sayang layaknya anak sendiri. Apsara terlihat semakin sehat, bulu-bulu keemasannya semakin terlihat bercahaya. Suatu hari sehelai bulunya rontok, dan Andini hendak membuangnya. Namun kaki Apsara menahannya dengan kuat. Seolah tak ingin bulunya yang rontok dibuang begitu saja. Mungkin Apsara sedih kalau bulunya aku buang, pikirnya. Maka Andini menyimpan sehelai bulu Apsara yang rontok di dalam sebuah kotak. Malamnya Andini bermimpi Apsara bisa berbicara, ia menyuruh Andini untuk menjual bulunya yang rontok pada sebuah toko emas. Andini terbangun dan bercerita pada sang suami. Mereka tak percaya begitu saja, baginya itu hanya mimpi. Saat Andini dan suami sedang berdagang di pasar, mereka melewati sebuah toko emas. Apsara mengeong kencang dan tak mau beranjak pergi. Mereka teringat mimpi itu. Maka dengan rasa tak percaya, dibawanya sehelai bulu Apsara ke toko emas. Ajaib, sehelai bulu Apsara laku terjual dengan harga tinggi. Hasil penjualan bulu Apsara dijadikan tambahan modal untuk dagangan mereka. Apsara tersenyum mengeong manja.
Seiring waktu, semua harta warisan pemberian Kakek Rustam pada kakak-kakak Andini habis ludes tak tersisa. Perkebunan yang rugi diserang hama, rumah beserta kost yang terbakar, perhiasan dan emas yang habis terjual, peternakan yang bangkrut karena semua hewannya mati terserang penyakit, serta mobil-mobil anak-anaknya yang terpaksa mereka gadaikan demi menyambung hidup. Andini dan suami kini hidup lebih dari berkecukupan, setiap kali bulu Apsara rontok mereka menjualnya dan bukan hanya untuk menambah modal usaha, tapi juga untuk disumbangkan pada rakyat jelata yang membutuhkan. Kakak-kakak Andini sempat berburuk sangka dengan menuduh Andini memiliki tuyul dan semacamnya. Namun mereka tak menggubris cemoohan para kakak. Andini malah menawarkan bantuan agar kakak-kakaknya dapat kembali hidup layak. Mereka menyerah dan menerima bantuan Andini. Tapi rasa penasaran tak berhenti dalam hati mereka.
"Andini, sebenarnya apa yang kamu pelihara hingga kamu bisa kaya raya seperti ini?" tanya Ardika.
"Tak ada kak, aku hanya memelihara Apsara. Kakak lupa, cuma Apsara yang diwariskan Ayah padaku. Ayah meminta kita untuk menjaga baik apa yang diwariskannya dan cuma itu yang sampai saat ini aku lakukan," sahut Andini tersenyum.
Pak Hariawan berdecak kagum sesampainya di kampung ini dan mengetahui kabar tentang anak-anak Kakek Rustam.
"Sungguh Kakek Rustam tak salah memilih ahli waris, dan Apsara bukanlah warisan yang salah," ucapnya tersenyum.

#7HariMendongeng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar