Di sebuah desa di Bali, seorang Catra terdiam menggerakkan jari jemarinya, menumpahkan semua warna di dalam wadah-wadah dan membentuknya menjadi indah. Ini hasil yang ke sekian. Ia selalu tak pernah puas tapi orang-orang yang melihat berbeda. Menurut mereka guratan jemari Catra sangat bermakna.
Kali ini seorang gadis berdiri menunggu pesanannya, tapi Catra hanya terdiam dalam ruangnya. Haruskah gadis itu menunggu? Ia bahkan tak mampu meminta jemarinya untuk bekerja. Gadis itu bernama Gayatri. Sosoknya lembut dan sederhana. Mereka belum saling mengenal, Gayatri malah belum pernah bertemu Catra. Pesanannya hanya ia sampaikan lewat telepon dan Gayatri bilang akan menunggu hingga selesai. Secepat itu telepon ditutup secepat itu pula Catra terkesima. Suaranya syahdu penuh dinamika. Lalu Catra berusaha keras untuk bekerja, demi pesanan Gayatri. Ia mengintipnya dari balik ruang, Gayatri sangat mempesona. Ia sangat fokus, konsentrasinya terpusat pada wadah terkanvas. Tapi nihil, ia gagal. Dibukanya pintu ruang dan menghampiri Gayatri.
"Saya nggak bisa, maafkan saya," ujar Catra. Gayatri mengernyitkan dahinya.
"Kenapa? Apa pesanan saya terlalu sulit?" tanyanya.
"Bukan. Yang sulit adalah perasaan ini. Saya mencintai kamu," kata-kata Catra lugas. Gayatri tersenyum.
"Saya pikir hati saya akan bertepuk sebelah tangan, ternyata saya salah. Lukisan-lukisanmu telah lebih dulu membuat saya jatuh cinta padamu," jawab Gayatri.
"Kamu tak malu dengan keadaan saya? Saya hanya hidup dengan jari jemari tanpa kaki yang dapat membawamu berkeliling dunia," ujar Catra.
"Hatimu yang penuh cinta selalu melekat dalam karyamu, dan saya sudah puas berkeliling hingga ke dunia yang tak pernah saya singgahi," Gayatri berdiri dibelakang kursi rodanya.
"Saya mencintaimu, utuh. Menikahlah dengan saya," bisik Gayatri mesra.
Catra tersenyum puas, ia merasakan jari jemarinya ingin menari. Gayatri mendorong kursi rodanya ke dalam ruang Catra. Mengikuti gerakan Catra dengan jemarinya. Mengikuti hatinya yang terpatri bersama Catra. Gayatri, ini adalah sihir yang tak mampu aku tolak. Ini bahkan menjadi bagian sihir yang aku nanti. Di setiap lukisan abstrakku meski tanpa kuas sekalipun.
#7HariMendongeng
Minggu, 13 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar