YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 11 Mei 2012

Kancil dan Undur-undur

Siapa bilang si Kancil anak nakal dan suka mencuri mentimun? Di desa Berkisah, seorang Kancil adalah anak yang pemalu, tubuhnya mungil dan sukanya main undur-undur. Suatu hari Kancil yang sedang asyik bermain undur-undur di samping rumahnya dikagetkan oleh kehadiran 3 orang temannya yang membawa bejana besar. Ia begitu penasaran dengan isi di dalamnya.

"Hei Kancil, apa kamu tahu apa yang kami bawa ini?" tanya salah seorang temannya. Kancil menggeleng.
"Isinya adalah seribu undur-undur, apa kamu mau?" jawabnya. Mata Kancil terbelalak, bagaimana mungkin teman-temannya bisa memiliki seribu undur-undur?
"Kami akan memberikan gratis untukmu tapi ada syaratnya," sang teman melirik nakal. "Apa?".
"Karena namamu Kancil, kami ingin kamu membawakan sekeranjang mentimun milik Pak Kendra," ujar sang teman.

Kancil terkejut, syaratnya sangat berat. Kebun mentimun pak Kendra memang luas, mentimunnya termasuk yang terbaik di kampung ini, panennya tak pernah gagal. Tapi meminta sekeranjang mentimun pada pak Kendra adalah mimpi buruk. Pak Kendra terkenal galak dan pelit di kampung ini, jangankan meminta sekeranjang mentimun, meminta biji mentimunnya saja rasanya butuh perjuangan besar. Tinggallah Kancil terdiam kebingungan mencari cara agar dapat meminta mentimun pada pak Kendra, tapi baru memikirkannya saja Kancil sudah ketakutan. 3 Hari adalah waktu yang diberikan oleh teman-temannya. Dan hari ke-2 telah berjalan artinya besok jika ia ingin memiliki seribu undur-undur itu ia harus membawa sekeranjang mentimun, namun 1 mentimunpun belum ditangannya. Ataukah ia terpaksa harus mencuri? Ibu dan Ayah pasti akan marah besar kalau ia sampai mencuri. Demi seribu undur-undur ia melangkahkan kakinya menuju rumah pak Kendra, mungkin jika ia berkata jujur pak Kendra akan menghargai dan memberikan mentimun dengan cuma-cuma. Langkahnya mendadak berat manakala ia semakin mendekati rumah pak Kendra. Tiba di depan rumah pak Kendra, Kancil hanya bisa mondar-mandir tak menentu. Kehadirannya ternyata diketahui oleh pak Kendra, ia memanggil pembantunya dan menyuruh Kancil masuk. Tubuh Kancil gemetar, ia tak berani menatap pak Kendra. Pikirannya mengenai sekeranjang mentimun hilang, yang terpikir hanya cara keluar dari rumah ini dengan selamat.

"Bocah kecil, apa yang kamu lakukan di depan rumahku?" tanya pak Kendra tegas.
"Aku..aku..aku..ngng..aku.." Kancil gugup, ia mencuri-curi pandangan kearah pak Kendra. Dilihatnya leher pak Kendra terlilit sebuah syal, tubuhnya terbungkus mantel, wajahnya agak pucat.
"Apakah anda sakit?" Kancil memberanikan diri bertanya.
"Ya, sudah seminggu ini aku sakit, dokter hingga tabib tak bisa menyembuhkan sakitku," jawabnya dengan nada suara agak menurun dari ketegasannya.
"Sudahkah anda mencoba undur-undur? Ibuku bilang undur-undur bisa menyembuhkan segala penyakit," Kancil kini lebih tenang bercerita. "Undur-undur? Benarkah?" Pak Kendra terlihat antusias.
"Dimana aku bisa mendapatkan undur-undur?" tanyanya.
"Di samping rumahku," sahut Kancil cepat. Ia kembali terpikir soal tantangan teman-temannya.
"Aku akan memberikan undur-undur asalkan anda bisa memberi aku mentimun, 1 undur-undur ditukar dengan sekeranjang mentimun, dan anda butuh 10 undur-undur untuk sekali minum selama 1 minggu. Ingatlah, minum obat sehari 3x," Kancil mengajukan syarat.
Pak Kendra setuju. Baginya sekeranjang mentimun tak seberapa dibanding sakit yang menyiksanya itu.

Esoknya Kancil datang membawa undur-undur dan sekeranjang mentimun telah ia dapatkan, bahkan lebih. Tepat siang hari 3 teman-temannya datang membawa bejana besar. Mereka menanyakan perihal sekeranjang mentimun. Kancil yang tengah asyik bermain segera masuk dan membawa 10 keranjang mentimun. Teman-temannya terkejut. Mereka tak menyangka Kancil bisa mendapatkan lebih dari sekeranjang mentimun. Lalu Kancil menagih janji soal seribu undur-undur itu. 3 Temannya hanya tersenyum kikuk,
bejana yang mere bawa hanyalah bejana kosong tanpa seribu undur-undur.

"Kamu pikir bagaimana kami bisa mendapatkan seribu undur-undur di kampung ini?" Ujar salah seorang temannya membela diri.
"Tega sekali kalian berbohong padaku!" Kancil kesal. Direbutnya bejana itu karena penasaran, dibukanya tutupnya dan meraba isi bejana yang tertutup rapat. Ia tersenyum.
"Bejana ini memang berisi seribu undur-undur, kalian tidak bohong," katanya.

Ketiga temannya kembali terkejut. Bagaimana mungkin bejana kosong yang mereka bawa hanya untuk mengelabui Kancil kini benar-benar berisi seribu undur-undur? Ajaib!

Selanjutnya mereka pulang dengan hati bingung, dan membawa sekeranjang mentimun sesuai janji Kancil. 9 keranjang sisanya ia berikan pada Ayah untuk dijual di kota dan laku keras. Siang itu Kancil kembali ke rumah pak Kendra dan mengambil mentimun sesuai perjanjian. Begitu seterusnya hingga kehidupan Kancil dan orangtuanya berubah menjadi kaya raya. Kesembuhan pak Kendra berkat undur-undur Kancil tersebar sampai ke negeri seberang, bukannya semakin berkurang undur-undur Kancil semakin beranak pinak dan menjadi penyembuh bagi masyarakat. Kancil yang baik hati tak pernah meminta imbalan, pemberian apapun sebagai ucapan terima kasih ia terima dengan ikhlas. Kini pak Kendra bukan lagi sosok yang ia takuti karena pak Kendra sekarang adalah sahabatnya yang ramah dan tidak pelit pada warga.



#7HariMendongeng

Tidak ada komentar: