YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 15 Mei 2012

Cinta Abinaya dan Ganita


Suatu pagi di desa pesisir pantai Hijau, seorang lelaki muda bernama Abinaya sedang menyiapkan perahunya, ia dan 2 orang tetangganya akan berangkat mencari ikan. Seperti biasa sebelum mulai berlayar ia selalu menitipkan sebuah kaleng bekas berisi koin-koin pada seorang wanita, Ganita namanya. Kaleng bekas itu telah ia tutup rapat dan agak sulit untuk membukanya.

"Ganita, Ganita," panggil Abinaya di depan rumah Ganita.
"Eh, kamu Bi, mau berangkat?" Ganita menghampirinya.
"Iya, aku titip ini ya,ingat, jangan kamu buka sebelum aku ijinkan," katanya tersenyum memberikan kaleng bekas berisi koin.

Ganita mengangguk tersenyum. Ia seolah telah hafal peringatan dari Abinaya. Kaleng bekas berisi koin itu telah banyak terkumpul di kamar Ganita, semuanya ia susun dengan rapi dan bersih tak berdebu. Pernah ia sangat penasaran dengan isi kaleng bekas itu dan ia berusaha sekuat tenaga untuk membukanya namun tangannya malah terluka. Sejak saat itu ia setia untuk tak membukanya meski didera penasaran yang luar biasa. Ia hanya bingung untuk apa Abinaya menitipkan kaleng bekas berisi koin itu setiap kali ia akan berlayar.

Di senja yang menawan, Abinaya pulang dari berlayar dan Ganita telah setia menunggu duduk bersila diatas pasir putih. Ia tersenyum melihat Abinaya tiba dan sibuk membawa hasil berlayar hari itu. Abinaya dan Ganita telah bersahabat sejak kecil dan rasa persahabatan mereka seperti sedikit bergeser menjadi rasa cinta. Namun Abinaya tak pernah menyatakan langsung pada Ganita, ia hanya menunjukkannya dari sikap dan prilaku. Ia tahu bahwa Ganita juga mencintainya tanpa harus ia tanyakan atau mengungkapkannya. Ganita jatuh cinta akan kedewasaan Abinaya dan kerja kerasnya sebagai nelayan. Dan Abinaya sebagai laki-laki hatinya terlena pada kecantikan dan kesederhanaan Ganita.

"Hasil tangkapan hari ini banyak sekali," ujar Ganita lembut. Abinaya mengangguk dan duduk disamping Ganita.
"Senja yang sangat cantik," ucap Abinaya tiba-tiba. Ganita menoleh menatap Abinaya.
"Nggak mau kalah sama kamu cantiknya," Abinaya meneruskan kata-katanya sambil tersenyum menatap Ganita.

Ganita tertawa. Abinaya selalu suka melihat Ganita tertawa, lepas tanpa beban. Lalu Abinaya memegang telapak tangan kanan Ganita, dihempaskannya segenggam pasir putih ke telapak tangan Ganita. Ganita hanya mengikuti arah permainan Abinaya.

"Maksudnya apa?" tanya Ganita.
"Telapak tangan kamu nggak bisa menggenggam pasir ini, isinya terlalu penuh. Sama seperti sayangku ke kamu, banyaaaakk," kata Abinaya menggenggam tangan Ganita.

Dan senja ini mereka habiskan diatas pasir putih, kepala Ganita bersandar pada bahu Abinaya.

"Kebakaran! Kebakaran!" teriakan warga mengejutkan keduanya. Mereka segera mengikuti arah beberapa warga menuju tempat kebakaran. Itu kearah rumahnya. Ganita berlari kencang, Abinaya hanya terdiam tak mampu mengejarnya. Ia teringat kaleng-kaleng bekas berisi koin-koin titipan Abinaya. Beberapa warga tak mampu menghalangi kekuatan Ganita yang mencoba masuk. Ganita segera menarik sprei tempat tidurnya, menghamburkan semua kaleng-kaleng bekas itu ke dalam sprei dan membawanya keluar. Tapi Ganita terjebak kobaran api. Ia begitu panik, tersudut oleh kejaran api yang menggeliat panas. Ganita berusaha mencari celah untuk keluar. Abinaya berusaha untuk menolong, namun warga menahan tubuhnya dengan kuat. Warga lain berupaya keras memadamkan api.

"Ganitaaaa! Ganitaaa! Cepat keluar!" teriakannya diikuti oleh warga.

Ia tertunduk lesu manakala tak menemukan Ganita keluar dari kobaran api yang mulai mereda. Abinaya segera mencari sosok Ganita diantara puing rumah yang terbakar. Tubuh Ganita telah terpanggang, begitupun kaleng-kaleng bekas pemberiannya. Ia sadar waktunya tak akan lama lagi. Kaleng-kaleng bekas berisi koin-koin itu adalah nyawa baginya. Beberapa tahun lalu ia hampir saja dikutuk oleh nenek tua, sebagai permintaan maaf Abinaya harus menitipkan sebuah kaleng bekas berisi koin dan kertas bertuliskan nama perempuan yang sangat dicintainya dan harus dititipkan pada perempuan itu. Jika kaleng-kaleng bekas itu terbuka, rusak, hilang atau terbakar, maka Abinaya akan berubah menjadi batu. Itulah mengapa ia sangat berharap pada Ganita untuk tidak membukanya, perempuan yang sangat ia cintai, yang menjaga nyawanya selama ini. Sambil berjalan kearah pantai Abinaya membawa tubuh Ganita dalam pelukannya. Ia tak peduli keadaan Ganita yang telah rusak terbakar. Diletakkannya Ganita diatas pasir putih, malam itu ia merebahkan tubuhnya disamping tubuh Ganita. Tangan Ganita digenggamnya erat. Air pantai mulai naik dan menutupi sebagian tubuh mereka.

"Aku ikhlas dengan kutukanmu, tapi setidaknya biarkan aku mati bersama Ganita, perempuan yang sangat aku cintai," pintanya pelan. Abinaya menutup matanya.

Tiba-tiba air pantai yang semakin naik dan mulai menutupi hingga leher Abinaya, merubah tubuh Abinaya dan Ganita menjadi batu. Malam itu mereka pergi dalam keabadian cinta.

Pagi hari para warga dikejutkan oleh sosok Abinaya dan Ganita yang telah menjadi batu dipinggir pantai, sambil berpegangan dan tersenyum.



#7HariMendongeng

Tidak ada komentar: