Nara memainkan cincin emas putih yang melingkar di jari manis kirinya. Sesekali pandangannya terhenti pada sebuah telepon selular. Tak ada suara apa-apa. Wajahnya lalu menatap bingkai foto tak jauh dari telepon selularnya. Fotonya dan Padma dengan senyum bahagia di sebuah pantai. Foto itu saat kami berlibur ke Lombok setahun yang lalu. Saat Padma masih bekerja di Jakarta, saat Padma masih begitu mencintainya, saat kami masih baik-baik saja. Kesibukan memang selalu menjadi langkah awal hubungan yang merenggang. Tepat di akhir tahun lalu, Padma menerima pekerjaan baru di sebuah pelayaran, praktis hal ini membuat kami jauh. Masih di awal tahun, Padma masih menyempatkan hatinya untuk merindukan aku, tunangannya. Setidaknya masih banyak kata rindu yang ia ucap dari kejauhan. Padahal tak perlu diucapkanpun aku tahu ia rindu, seperti juga aku. Tapi beberapa bulan ini kata rindu itu begitu sulit aku genggam. Hubunganku dan Padma kian datar.
"Halo...halo...Nara..." ucap Padma diujung telepon.
"Ya, halo...Padma...halo..." Nara bersuara agak kencang.
"Tuuuttt..." percakapan mereka terhenti.
Padma mungkin baru akan meneleponku 2 hari lagi. Dan itupun tak selalu menjadi obrolan yang sukses.
"Aku kangen..." kataku di suatu sore. Terdengar jeda beberapa detik.
"Ya, aku juga..." sahutnya.
Hanya itu, dan sebelumnya Padma tak pernah hanya membalas "aku juga". Padma berubah.
"Halo, Nara...Nara..." Padma agak berteriak memanggil namaku.
"Ya Padma, aku dengar," sahutku.
"Aku...Aku rasa aku nggak bisa kembali lagi ke Jakarta," katanya.
Jeda sekian detik terdengar lagi.
"Aku rasa kita lebih baik memutuskan pertunangan ini dan menjadi teman. Aku rasa kita lebih baik putus," suaranya yang masih terdengar agak berteriak semakin mengikis telingaku dengan keputusannya.
Kamu rasa? Lalu kamu tak peduli dengan rasaku. Selalu kamu.
"Tapi kenapa?" aku mencoba mencari alasannya soal putus.
"Banyak hal Nara, aku rasa putus dan berjalan sendiri itu yang terbaik," jawabnya.
Suara jeda dan sinyal yang mulai buruk ini mulai menyiksaku.
"Padma... Padma... Haloo..." Nara masih mencoba memanggil namanya.
"Tuuuuuuttt....." jaringan telepon terputus.
Aaahh...menyebalkan! Ini sama halnya dengan hubungan kita Padma. Putus.
Rabu, 23 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar