YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 26 Agustus 2018

SISTER


“Diara, kayaknya kamu dan Yuka harus segera pulang ke Jakarta, Kakak khawatir sama kesehatan Ayah, mungkin kalo kamu sama Yuka pulang Ayah bisa lebih semangat. Tapi kamu nggak perlu bilang Kakak telepon karena Ayah sebenernya melarang Kakak untuk kabarin kamu,” ucapku di ujung telepon.
“O gitu… Iya, Kak. Diara langsung siap-siap deh sama Yuka,” sahut Diara.  
Suaranya terdengar agak mencekat, namun Diara berusaha tenang. Aku tahu ia berusaha untuk tegar. Itulah Diara. Kalau aku di posisi Diara, mungkin sudah nangis duluan meraung-raung atau sekedar sesegukan di telepon. Iyalah aku kan memang lebih cengeng dan sensitif.
Padahal ayah pernah beberapa kali sakit juga walau ini yang terparah menurutku, ibu juga sempat 3x dirawat di rumah sakit, tapi entah kenapa aku selalu merasa lebih iba melihat ayah. Ibu biarpun dirawat dan diinfus tapi aku masih melihat kekuatan di raut wajahnya. Beda sama ayah, ia seperti langsung terkulai lemah tak berdaya. Apa ini memang kelebihan yang diberikan Tuhan pada perempuan? Sebesar apapun cobaan selalu ada tameng rahasia di jiwa perempuan.
Aku masih terdiam di sisi dapur sambil sesekali meneguk kopi susu hangat.
“Kamu jangan kebanyakan ngopi,” suara Satya menghentikan lamunanku.
“Kamu juga, jangan kebanyakan punya perempuan,” aku langsung meninggalkan Satya menuju kamar.
Aku tahu kata-kataku barusan pasti terasa sangat menyentil hatinya, tapi aku tak peduli. 

*bersambung*


#30DWC
#30DWCJilid4
#Squad4
#Day5

Tidak ada komentar: