"Ras, ini bukumu, kamu pasti lupa," aku memberikan buku catatanmu yang tersampul rapi.
Kamu hanya tersenyum. Membuka payung hijau mudamu lalu kita jalan berdampingan. Selalu seperti itu. Ceritamu selalu juga tentang mimpimu yang sepertinya sulit kugapai. Belajar di luar negeri. Ah, Ras, seandainya aku setajir kamu. Tapi anehnya kita sulit berpisah, padahal nasib kita saja berbeda jauh. Kamu gadis cantik yang sejak awal sekolah aku cinta Ras, tetap selalu sederhana. Kamu dan cinta kita.
Pagi itu menjadi pagi yang pahit untuk aku dan kamu. Lulus dari sekolah sepertinya tak membuatku ingin berada di puncak bahagia. Tidak jika tanpamu. Tapi cita-cita adalah cita-cita. Dan cinta terbesarku adalah membiarkanmu meraih impianmu Ras...
Sore itu aku tetapkan menjadi hari yang tepat untuk segalanya. Mengakhiri pertemuan kita dan perjalanan kita. Tapi tidak hati kita, Ras.
"Pendengar sekalian sekarang saatnya kita simak lagu dari Sheila On 7, waktu yang tepat untk berpisah," suara sang penyiar radio.
"Gila, lagu ini sepuluh tahun lalu, sepuluh tahun lalu aku melepasmu Ras, sekarang, kamu sudah kembali bersamaku," aku memeluk Raras erat di mobil, dalam perjalanan setelah menjemputnya di bandara.
#FF2in1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar