Jumat, 27 April 2012
Red Velvet Cake
Aku menyebutnya red velvet, manis, menggiurkan, merona penuh gelora. Kamu masih tertidur pada sofa bernuansa minimalis itu. Terlihat mungil dan cantik. Kamu selalu menjadi pemandangan terindah di mataku. Otakku bahkan tak mampu menolak semua senyum manjamu. Apalagi perasaanku, yang tiap sudutnya tak pernah berubah sedikitpun menyayangimu. Seolah di dunia ini hanya ada kamu. Tepatnya di duniaku. Iya, mungkin dunia dan hidupku memang hanya kamu, perempuan lucu.
Red velvet,kamu dan warna merah kesukaanmu selalu menjadi penyemangat hariku. Tapi kamu yang kini terbaring sedang tak mampu bergairah untuk apapun. Kesedihan. Ya, itulah kamu sekarang. Putus cinta dari pria yang selama beberapa bulan ini membuaimu tanpa daya. Tidakkah kamu sadar bahwa aku lebih mencintaimu? Sore ini aku membuatkan kue kesukaanmu, red velvet cake. Merahnya yang ranum persis seperti bibirmu. Kamu selalu suka kue buatanku.
"Kamu sudah bangun?" tanyaku saat melihat Vita duduk di balkon kamar.
Ia mengangguk tersenyum. Aku menyodorkan piring kecil berisi red velvet cake padanya. Ia tampak menikmatinya. Lalu menyuapiku sepotong dari piringnya. Pandangan kami bertemu, kami saling bertatap.
"Aku rindu tatapanmu," ucapnya pelan. Aku terkejut.
"Kamu yakin?" ujarku membelalakkan mataku.
"Sangat yakin," sahutnya.
"Kamu yang nggak pernah lelah merangkulku, nggak pernah bosan menggenggam tanganku, aku rasa selama ini aku egois karena tak melihatmu ada," jawabnya lagi.
Lalu Vita memelukku, pelukan yang kunanti sekian tahun lamanya. Dan wajah mungilnya kembali terhenti di depanku. Ia mengecupku. Bibirnya terasa hangat dan manis red velvet cake. Ini lebih dari yang aku harapkan. Aku pikir Vita takkan mau dan berani mencintaiku. Bahkan aku tak mengira ia sanggup menerima hati dan keberadaanku semudah ini.
"Aline, aku mencintaimu.." Vita memelukku erat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar