YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 23 Februari 2012

Belajar dari ketiadaan

Pagi ini menjadi pagi yang mendung buat salah satu sahabat saya. Sang ibunda tersayang kembali ke pangkuan Ilahi. Dan ini mengingatkan saya akan Papa mertua. Kepergiannya sama persis seperti Papa. Tanpa sakit, tanpa pesan, tapi terlihat tenang dengan senyuman. Saya seperti iri dengan kepergian mereka yang mendadak tanpa membuat susah orang lain. Orang-orang baik selalu pergi dengan cara baik.

Kematian, apapun caranya, tetaplah menjadi cerminan buat kita menggali di setiap ladang amal yang ada. Saya nggak punya hak menggurui apalagi membuat orang-orang muak dengan nasehat. Karena Tuhan aja tidak menghakimi sampai saat kita mati. Setiap kepergian buat saya adalah ujian kekuatan diri. Saya mungkin masih bisa tersenyum bahagia karena saya masih hidup lengkap bersama kedua orangtua saya. Tapi saya nggak bisa menyembunyikan kesedihan terdalam saya saat Papa mertua saya pergi. Terlepas dari orangtua kandung atau bukan. Ia telah ada di satu sisi ruang hati saya.

Belajar dari ketiadaan, mulai dari Opa, Eyang, Dino (keponakan saya), dan Papa Zul, saya jadi mengerti apa arti kembali pada-Nya. Ketiadaan itu hanyalah raga, bukan jiwa. Toh saya masih bisa merasakan keberadaan mereka, walau hanya sekilas sebagai bunga tidur. Saya selalu senang saat mereka hadir dalam tidur saya, sungguh itu suatu berkah. Walau itu membuat saya haru biru :') Setidaknya itu 'membunuh' rasa rindu saya pada kehangatan mereka.

Dan saya belajar dari ketiadaan, dimana hidup kita memang seperti tarik-tarikan antara kebajikan dan kebajingan. Karena kematian bukan semata mencari muara surga atau kecebur di neraka. Dari ketiadaan saya belajar bagaimana seharusnya kita hanya mencari ridha dalam hidup.

Tidak ada komentar: