"Sudah siap?"
April mengangguk pelan. Sementara May, sang adik begitu antusias tiap kali hari kunjungan tiba. July hanya tersenyum menatap anak tertuanya. Ia mengerti bagaimana perasaannya, dan ia mencoba untuk mengerti bahwa ada kerinduan terselip diantara malu dan amarahnya. Okto sudah menunggu di dalam mobil yang telah ia sewa 2 hari sebelumnya dari kantor. Untunglah atasan Okto masih menaruh iba dan berbaik hati padanya, setelah kejadian yang menimpa ayah mereka.
"Pril, senyumlah... Lakukan untuk Bapak, buang kekesalanmu," ucap Okto sambil mengambil barang pemberian April.
"Iya mas..." jawaban April terdengar pasrah.
Hanya sekitar satu jam perjalanan menuju tempat Bapak berada saat ini. April hanya terdiam. May begitu ceriwis seolah segudang cerita ingin ia tumpahkan pada Bapak. Sesekali Okto menanggapinya sambil bercanda.
"Januar...!"
Sebuah panggilan menuntunnya untuk segera bersiap menuju pintu kunjungan.
"Bapaaaakkk...!" May langsung berlari memeluk Januar dengan eratnya.
Januar menggendong gadis kecilnya sambil mencium kening dan pipinya. April mencium tangan Bapak sambil berusaha tersenyum.
"Sehat pak?" sapa Okto sambil mencium tangan bapaknya.
"Alhamdulillah..."
Januar segera menghampiri July, memeluknya erat, menahan airmatanya agar tak terlihat mengalir.
"Aku kangen kamu..."
July tak bisa membendung airmatanya, ia sangat rindu kehadiran Januar, sang suami tercinta.
"Kapan Bapak pulang?" pertanyaan April membuat semua terdiam.
"Segera setelah putusan sidang," jawabnya cepat.
"Setahun? Tiga tahun? Lima tahun? Sepuluh tahun?"
"April!" Okto menghardiknya.
"Mas, nggak papa, adikmu hanya perlu tahu kapan Bapak pulang, itu saja," Januar mencoba menengahi anak-anaknya.
"April harus tahu pak, April harus tahu kapan Bapak pulang, April harus tahu apa Bapak bisa ngajarin April saat April mau ujian nanti, April harus tahu kapan Bapak bisa ada di rumah lagi supaya April ada teman main catur bareng, April..."
Kali ini kerinduan April tak terkira pada Januar, sang Bapak yang berada di dalam sel entah sampai tahun ke berapa. Menjadi pengedar narkoba tak begitu mudahnya bisa terbebas dari tuntutan. Januar membiarkan April menangis dalam pelukannya, ia biarkan anak gadisnya yang beranjak dewasa mengungkapkan semuanya di hari itu, setelah kunjungan demi kunjungan ia hanya membisu tanpa sapa padanya.
#Day2
#NulisRandom2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar