YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 13 Maret 2012

Reuni Sakit Hati

Terkadang suka bingung juga kenapa disebut sakit hati, nggak nampak jelas tapi bisa bikin orang saling bunuh-bunuhan. Dahsyat banget ya? Untungnya sakit hati saya nggak sampai bikin saya mau bunuh siapapun, apalagi sampai kepikiran cari mal keren buat terjun dari lantai teratas. Buat saya, separah apapun sakit hati saya, saya selalu minta Allah untuk memeluk hati saya dan pikiran saya. Biar saya nggak menyesal nantinya, biar saya juga nggak menyusahkan orang banyak. Sebesar apapun luka hati saya, biarkan Allah yang ikut campur didalamnya, bukan orang-orang yang sok kepo yang justru bikin saya jadi jengah. Kalaupun saya membuka diri pada segelintir sahabat, itu karena saya butuh pelukan kejujuran mereka :)

Dan hidup saya seperti sebuah reuni sekumpulan orang-orang tua nan uzur. Bermacam bentuk sakit hati melebur menjadi satu, bukan untuk sebuah dendam, bukan untuk sebuah pembalasan. Tak lebih untuk dipahami bahwa hidup memang nggak afdol kalau tanpa sakit hati. Jadi apapun wujudnya itu saya coba menikmati, sabar dan yang pasti menjalani dengan legowo.

Reuni saya yang pertama saat saya mengenal sahabat. Sejak saya mengenal kata teman dan sahabat, saya mungkin orang yang sangat menghargai arti didalamnya. Waktu kecil, saya belum menyadari bahwa bersahabat bukan berarti nggak ada amarah. Saya bisa jadi sangat kecewa saat sahabat membuat marah, kesal, kami ribut. Beranjak menjadi dewasa, saya makin mengerti bahwa amarah, kesal dan kecewa memang bumbu dari persahabatan, sebatas tidak berlebihan. Dan memang, setelah kami bertujuh terbiasa ribut satu sama lain, kami jadi makin kuat. Seringkali amarah-amarah itu malah menjadi bahan tertawaan kami. Kembali soal reuni luka ini, hal yang membuat saya amat sakit adalah saat ia menusukmu dari belakang. Menggunjingkanmu tanpa ijin, mencemoohkanmu degan muka manis. Lalu ia kusebut perempuan sundal. Masa sekolah itu menjadi kian rumit saat ia berusaha menjatuhkan saya beserta nilai-nilai pelajaran saya dengan mencari muka. Mungkin ia kekurangan jatah muka untuk dipertontonkan ke khalayak ramai. Dan nilai-nilai pelajaran kesukaan saya anjlok, berbuntut panjang pada omelan orangtua serta gosip-gosip. Aaaarrghh...rasanya pengen lempar mukanya pakai pintu kelas pas terima raport itu. Tapi saya hanya bisa menangis, bukan nggak bisa melawan. Hal yang paling enggan saya lakukan saat sakit hati adalah mengotori tangan atau anggota tubuh saya untuk sekedar menamparnya, menonjoknya, karena ia terlalu kampril untuk saya sentuh. Saya hanya bisa diam ditengah makian, hanya bisa mengangkat kepala pada Allah, tolong kuatkan saya...

Reuni saya berlanjut pada sosok bernama "pria". Nggak akan ada habisnya memang. Tapi sakitnya berawal dari kamu, iya kamu. Pria yang mendadak membuat hati saya lumer dan meleleh bin mimisan. Mengenal pria bukanlah kapasitas saya untuk bisa memiliki juga, tapi pria malah mendaratkan hatinya pada saya yang tomboy saat itu. Pria menjadi sangat penuh aturan, hingga saya menjelma menjadi feminin tanpa sikap cuek, ketawa cuwawa'an, celana pendek, dan membuang permen cup a cup kesukaan saya. Ia semakin cinta, tapi saya semakin eneg. Saya semakin jauh dari diri saya sendiri. Tapi cinta kemonyet-monyetan ini membuat saya makin terlihat kayak monyet seutuhnya. Menemukan pria dengan cewek lain dalam keadaan yang nggak sewajarnya itu rasanya seperti pengen membunuh kedua-duanya dengan pistol mainan. Nggak mampu. Apalagi menutup paksa hidung mereka dengan bantal penuh nista. Saya hanya berlalu dalam diam, melepas atribut feminin saya, menangis di lapangan bola. Pria, satu saat bukan saya yang akan menonjok kamu, cuma tangan-tangan Allah yang layak menamparmu.

Sakit hati selalu ada obatnya, apapun bentuknya, dari manapun asal obatnya. Minum, tenggak, rasain, telen, kunyah. Waktu adalah obat terbaik buat saya. Karena mencari pria lain bukanlah selalu jadi solusi indah di mata saya. Maka saya tetap berterima kasih pada sakit hati, pada mereka yang telah membuat saya memiliki ladang amal dari diri mereka. See..sakit hati nggak selalu merugikan dan menjadikan kita pendendam, kalau kita bisa kelola dengan benar (uhuy).

Selamat reuni :)


*Ini sebenernya gw terjebak ama tema gw sendiri nih huuuff....beraaatt...*

Tidak ada komentar: