YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 07 Oktober 2017

Pamit...

"Gue nggak pernah benar-benar melepaskan genggaman..."
"Kenapa nggak? Gue kan udah bilang, jangan maksa."

Jes menatapku. 

"Nggak usah jutek gitu, gue kan cuma nggak mau jauh, itu aja."

Aku berusaha melonggarkan raut wajahku yang sinis. Jes masih saja menyimpan baik rindunya, bahkan hatinya untukku.

"Jes, lo terlalu yakin sama semua ini."
"Mungkin iya."
"Jes, nggak baik memaksakan suatu genggaman. Gue pamit..."
"Shal...!"

Jes menahanku, wajahnya seperti anjing kecil memohon biskuit cemilan. Hampir 4 tahun tatapan itu selalu menjadi kelemahanku, bahkan saat ini. 

"Ini cuma soal perpindahan hati, gue kan masih sahabat baik lo."
"Bullshit! Lo tahu itu nggak mungkin, nggak mungkin kita masih bersahabat, kita masih saling cinta, Shal..."

Aku terdiam.

"Kita balik, kita perbaikin semua dari awal."
"Ibu gimana?"
"Shal, yang terpenting itu kita, gue mau perbaikin semua dari awal, lo mau kan?"

Jes, kemana aja sih sikap kamu dari kemarin? Kita udah melewati berapa kali sidang dan baru sekarang kamu punya sikap? Ini terlambat apa nggak sih? Aku tahu kita masih sama-sama saling cinta, nggak pernah berubah dari aku ataupun kamu. 

"Sreek!"

Aku terkejut melihatnya. Jes merobek kertas-kertas dokumen proses perceraian kami. 

"Apa perlu gue bakar?"

Aku menarik napas panjang, beranjak dari bangku dan melangkah pelan. 

"Shally!"

Aku menghentikan langkahku entah karena apa. Mungkin karena aku memang masih mencintainya. Aku hanya mendengar langkahnya pelan dari belakangku dan tubuhku yang hangat. Pelukan yang selalu menenangkanku... Jes memelukku dari belakang... Aku masih tak mampu berbalik, aku tak mampu menahan airmataku. 

"Shal, maafin atas sikap gue ya, kita nggak seharusnya ada di proses ini, gue masih butuh lo untuk ada di samping gue, sampai gue tua, sampai gue mati..."
"Jangan pamit ya, Shal..."



- 7 Oktober 2017 / 23.45 -