Kami masih duduk di pinggir jembatan ini, sesekali ceritanya membuat aku tersenyum, terkejut bahkan terheran-heran. Kisah hidup seseorang memang tak pernah bisa diduga. Lalu ia merangkul pundakku, tersenyum dalam tatapannya yang sendu namun tetap terlihat cantik. Wajahnya begitu ayu, kecantikan khas Indonesia yang sulit pudar walau ditelan waktu. Tak heran kalau banyak pria yang tergila-gila untuk memperistrinya. Itu menurut ceritanya yang baru saja meluncur dari bibir indahnya. Beda dengan penampilanku yang tomboy dan cuek.
"Terima kasih," ucapnya pelan.
"Untuk apa?" tanyaku bingung.
"Terima kasih sudah mendengarkan kisahku, mendengarkan ceritaku sejak siang tadi sampai sore hari ini, perjalanan hidupmu juga cukup seru," jawabnya tersenyum.
"Sama-sama. Eh, kita foto-foto yuk, lain waktu kita harus ketemu lagi nih, kita jalan bareng ya," ujarku mengeluarkan telepon genggamku.
Usai berfoto dengannya, Ariah berpamitan. Kami bersalaman dan berpisah di jembatan ini, tempat awal pertemuan kami.
"Ariah! Tunggu!" aku berteriak memanggilnya.
Aneh, cepat sekali ia pergi, pikirku. Aku lalu menyimpan selendang merah miliknya di dalam tas ku, mungkin nanti di pertemuan berikutnya akan kukembalikan padanya.
"Neng..."
Aku menoleh, seorang ibu paruh baya menatapku dan aku merasa tatapannya menelanjangiku.
"Ada apa, bu?" tanyaku.
"Dari tadi saya perhatikan neng asyik berbicara," jawabnya.
"Oh, iya bu, itu tadi teman saya, kenapa bu?" ujarku.
"Namanya Ariah?" ia balik bertanya.
"Iya, kok ibu tahu? Ibu tahu rumahnya? Saya mau mengembalikan selendangnya yang ketinggalan," jawabku antusias.
"Ariah itu biasa dikenal dengan Si Manis Jembatan Ancol, ia mati karena hampir diperkosa," ia menjelaskan.
Mataku terbelalak terkejut mendengar ucapannya, dadaku sesak, mungkin mukaku juga pucat, entahlah, aku shock....
Tantangan cerita #Kliping @JiaEffendie